Ada rasa gejolak ingin lebih menguasai anak laki-lakinya, agar tak terlalu condong ke suaminya. Namun, dia bingung harus mulai dari mana. Jadilah canggung, seolah bukan anak dan ibu saja. Bicara hanya sebentar-sebentar saja, lalu mereka sibuk dengan aktivitas sendiri, tepatnya mereka pun tak enak kalau ingin bicara tentang keluarga. Bagaimana ini?
Sukhpbkds merasa tak nyaman juga kalau begini, terlebih setelah dia tahu bagaimana sifat buruk Ibunya, ini menjadi sulit untuk bersikap seperti biasanya. Sepertinya lebih baik bergegas.
"Suk sudah bosan dengan rumah orang tua ya?" Pertanyaan yang tak biasanya dia dengar, canggung dia, seketika itu juga memaksakan senyum, seraya mengangkat tangannya. "Bukan begitu Bu, Suk kebetulan ada urusan lain dengan teman, sudah janji sebelumny. Nanti lain kali Suk mampir lagi." Saat itu juga dia mencium tangan Ibunya dan pergi.
Barulah semua terasa ketika aku sudah berada di posisi Ayah. Memang menyebalkan hidup dengan makhluk bengkok. Diajak berpikir lurus, tetap bengkok bengkok lagi. Dibiarkan, malah makin bengkok. Petaka dunia!
Tempat yang dijanjikan itu "Roti Bakar, Bakar Kerajaan Nateg!" Di sana Ayahnya sudah menunggu sambil membaca sebuah buku. "Pesan lah yang kamu mau." Sukhpbkds ligat melihat, lalu memanggil pelayan kedai roti bakar, mengangguk sesaat---memastikan. Obrolan antara Ayah' dan anak pun dimulai.
Dan, tersangkut di titik, "kamu harus urus itu Suk." Sukhpbkds kini mulai waspada.
Pamulang270124, 11.00,
halub
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
