.
Ā Ā Ā Kendaraan roda dua dinyalakan, menunggu sebentar, menarik napas, menenangkan diri sebisa mungkin, melantunkan lantunan lazim yang biasa dia lantunkan.
Ā Ā Pandangannya ke depan. Kini dia siap menuju ke rumah Ratmon. Sebelum melangkah ke sana dia sudah diberitahukan oleh Aban untuk mengadakan pertemuan, pembahasan tentang pola pikir Ibunya.
Ā Ā Tapi beberapa hal lain sebelum mengiyakan Aban, pemuda itu harus lebih tahu dulu---sudut pandang orang yang melahirkannya. Nanti, aku akan mendapatkan dua kekuatan yang cukup memadai; pemaduan dua sudut pandang.
Ā Ā Setiba di rumah itu, tempat kenangan. Ratmon, wanita paruh baya itu terlihat kesepian, ada kesedihan dan kepedihan yang kuat-kuat disembunyikannya. Ibunya tak seperti dulu, dia pun telah merasakan kalau Sukhpbkds yang sekarang sudah berbeda dari anak kecil yang lalu; yang mudah saja dicuci otaknya, kalau sekarang, tak semua informasi bisa ditelan mentah-mentah begitu saja.
Ā Ā Inilah titik tersulit bagi Ratmon. "Sudah makan Suk?" Setelah diam cukup lama. "Sudah Bu." "Masak apa sekarang Bu?" Pertanyaan ini murni tekni Sukhpbkds untuk mencairkan suasana.Ā
Ā Ā "Sayur kol jagung manis, " dengan posisi mengaduk sayur yang sedang dihangatkan. Aban hari itu memang sedang tak di rumah, Sukhpbkds tahu kalau tentang keberadaan Ayahnya tak perlu ditanyakan di kondisi yang sedang tak baik ini.
Ā Ā Cls, Selasa 230124, 13.33, halub #Geentigjan24
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H