.
Badai yang telah tenang, kini bangkit lagi. Tentu akan banyak persiapan yang harus dilakukan. Sesuatu yang muncul dari lingkaran orang terdekat, memang tak seperti dari lingkaran jauh. Lebih berat, lebih menguras rasa tak tega, beragam kenangan dan permasalahan rumit lainnya.
Mulailah kecamuk itu meninggi teratur, dari uring-uringan tanpa sebab, pekerjaan Aban yang sebelumnya dimaafkan, kini diungkit-ungkit terus, begitu juga terkait kebutuhan hidup Mereka, mudah saja bagi seorang yang sudah berumah tangga belasan bahkan puluhan tahun, tentang merekayasa perkara dan keributan bukan lagi hal sulit, ah gampang saja itu.
"Yah, keluar kek sana. Duduk duduk terus. Malas amat sih cuma gerak doang, ke mana kek. Apa iya kita mau hidup begini terus. Jangan ngandelin satu sumber saja lah, ih dah. Niat enggak sih menafkahi kita kita." Heum mulai sudah.
Aban terdiam. Belum sempat membalas Sukhpbkds coba menengahi, "Bu, sudah lah jangan marah marah terus. Lagian kan kita hanya bertiga sekarang, saya sudah tak punya keluarga lagi, mau ke mana lagi saya merumahkan diri yang tak karuan ini, kalau ternyata di sini sebenarnya sangat menolak keberadaan Sukhpbkds." Sekarang semuanya menunduk. Kata-kata anak itu cukup membungkam kedua orang tua itu.
Ayahnya pelan-pelan melihat beberapa lembaran denah tanah yang belum kunjung laku juga. Di matanya terlihat ada embun menggantung. Ah sesentimentil ini jiwaku, memang semakin bertambah usia, semakin rindu akan kedamaian dan ketenangan. Tapi sekarang? ....
Pmg, Ahad 140124, 17.53, halub #Germenrigjan24 #salahmendidik14
#2024
