Seharusnya sih, nurut, bukan basa-basi di awal, di medsos, itu mah omong kosong. Kenapa kalau mau membual, bagus di awal saja, jangan di tengah-tengah atau ketika di perjalanan gini.
Bikin nyesal, itu pasti. Cuma kalau dipikir-pikir kayak gitu imut, apa imut? Mana ada yang seperti itu imut, yang ada pingin lempar bangku, kepala robek dah.
Sensasi sih sensasi, tapi ya sesuaikan dengan kapasitas diri. Level sampah yang harus didaur ulang, poles, rias---hu ngabisin waktu seharian baru kelihatan layak saja banyak tingkah.
Percaya diri lagi, heh, kalau saja banyak kaum Adam yang tahu bagaimana tuh rupa, eh tak bakal lah terjerat 'racun chat pemikat' itu. Yang berparas banyak tingkah saja membuat jengah dan muntah.
Eh, apa lagi, apa lagi. Ye ye ke pe de an sih ya, terlalu banyak mengkhayal, kebanyakan nonton K-Pop, drakor---ngayal-ngayal salah seorang dari mereka bakal jadi suami, boro-boro suami, baru ketemu pertama kali saja sudah muntah-muntah, kemungkinan sih 99,9%.
Tentang lewat belakang ini sekarang sudah dianggap bukan dosa, yang waras mah kalau mau bertamu ya lewat pintu depan, bukan pintu belakang. Itu sih kalau masih punya otak.
Bagi yang sudah tak punya otak, yah diangkat pena darinya. Hah---sudah tahu hukumnya, tapi santai saja dilanggar, kayak Tuhan itu Bapak elu kali ya. Ya jangan mentang-mentang punya ini itu, sudah sampai di pencapaian itu dan ini, lantas suka suka gitu, tinggal di luar bumi kali biar bebas.
Cls, RTD, 281223, 21.35, halub
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
