Mohon tunggu...
halubĀ©
halubĀ© Mohon Tunggu... Mahasiswa - Puisi, Cermin, Cerpen, dan Refleksi.

Pencarian dan keyakinan, berteman dekat, sampai kapan pun, selalu ada hal-hal yang membanggakan bagi setiap yang yakin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rekayasa Terkutuk

23 Desember 2023   16:53 Diperbarui: 23 Desember 2023   16:55 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saking sudah terlalu tinggi kegelapan pada sosok ini, gelapnya berlapis, bahkan ada teknik tertentu agar suramnya kegelapan nampak seolah mengeluarkan cahaya.

Saat itu, beberapa pemuka agama berhasil didatangi oleh sosok yang mengerikan. Karena sudah terlalu tingginya kegelapan, aura seram bisa diredam, bahkan---sekelas pemuka agama pun kurang bisa mendeteksi kejinya dari tujuan kedatangan makhluk kejam ini.

"Saya minta do'anya Pak ustadz, ada amanah yang dipercayakan, sebenarnya pribadi ini tak berkenan. Tapi apa daya, mereka katanya, 'percaya.' Dengan cara saya bersikap dan memimpin."Ā 

Dari raut muka, tatapan mata, bahasa tubuh. Semua seolah sungguh-sungguh tulus tanpa ada selipan bulus, apa lagi rekayasa terkutuk nan terselubung.Ā 

Tidak ada sama sekali. Ustadz itu tak mampu mendeteksi apa yang telah disembunyikan oleh kegelapan yang berlapis dan begitu pekat itu. Sambil memberikan tasbih, parfum, serta dipegang dada si peminta do'a tersebut.

"Saya tak punya apa apa. Yang biasa menemani hari hari saya, ini lah tasbih dan parfum. Sebagai kenang-kenangan dan untuk perantara dzikir di jalan atau setiap lepas sembahyang nanti."

Dengan seksama, dia memperhatikan apapun yang keluar dari mulut pemuka agama itu. Seolah iya saja, seakan seluruh perkataannya diserap, akan diterapkan se---luruhnya.Ā 

Orang-orang yang melihat kejadian itu pun terkesima. Seperti ada penarik fokus, yang membuat banyak orang lupa. Kalau kedatangan orang itu, adalah trik biasa, biasa busuk. Formalitas saja, pemanis dari semua kejahatan yang disembunyikan sesembunyi-sembunyi mungkin.

Cls, 231223, 19.34, halub

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun