Jelek, Boros di Kantong

.

   Wajah pas-pasan, gaya selangit---bahkan lebih tinggi lagi. Gatal sudah menjadi karakter, dengan segala keterbatasan wajah itu, dipakailah penutup wajah yang hanya menyisakan kedua mata, sekilas terlihat 'menarik', tapi kalau dilihat secara keseluruhan---bisa banyak banyak berkerut wajah kalian jika melihat wujud aslinya.

   Sudah tahu, bukan tak pernah mau tahu, atau pura-pura tak tahu, hanya saja 'perasaan' lebih besar dari 'kenyataan' yang ada, rasa-rasanya seperti sosok yang paling menarik dan diterima di manapun, he---kacau memang perasaan itu, rusak.

   Sudah sakit-sakitan---malas pula berolahraga, makan asal-asalan, kalau ada masakan yang tak sesuai---langsung bikin mie, beli jajan lebih banyak lagi.

   He! Sudah jelek, boros lagi di kantong. Ya hanya orang gila yang mau dan bersikeras menerima satu dari sekian watak seperti itu. Manfaatnya tetap ada, tak ada di dunia ini yang tak ada manfaatnya. Salah satunya, menambahkan sisi buas bengis kejam orang-orang yang terpaksa dekat, atau berada di radius jangkauan si karakter jelek, lagi boros di kantong.

   Jelek; dalam artian lain: malas-malasan; mandi, bersih-bersih, olahraga, sakit yang didramatisasi, membanding-bandingkan (padahal diri sendiri saja sudah sebangsat itu, he maklum susah kalau urat nalar sudah putus). Mengeluh---di medsos (seperti Tuhannya saja).

   Tak pernah bosan tebar pesona (biarpun palsu dan busuk buruk burik sejatinya), buat sensasi yang mengundang cibiran, amarah, murka, dendam nestapa. Sebab memang untuk itu dirinya berada di dunia ini, itu pula lah manfaat dari keberadaannya di dunia ini.

   .

   Cls, Senin 131123, 21.42, halub