.
Kabar buruk biasanya lebih dikejar ketimbang kabar baik, seperti ada gejolak pemicu di otak yang memberikan kekuatan untuk menelusuri kabar-kabar buruk lalu menjadikannya perbincangan hangat di antara orang-orang yang satu haluan.
Merusak, menghancurkan jelas lebih mudah dari membangun dan memperbaiki. Merusak tentu lebih membutuhkan waktu yang jauh lebih singkat dari memperbaiki dan membangun.
Menanam hingga tumbuh tanaman tersebut menjadi tumbuhan yang sempurna tak mungkin tak membutuhkan waktu tiga bulanan, setengah tahunan, atau bahkan belasan, bisa jauh lebih lama dari apa apa yang telah dibayangkan.
Karena sejatinya membangun sangat jauh lebih sulit dari meruntuhkan. Terlebih membangun perputaran kebaikan yang putarannya diharapkan berputar terus hingga hari kebangkitan.
Selalu ada daya tarik untuk melakukan sensasi sensasi yang murahan, dalam artian belum tentu dapat kerelaan dariNya, bahkan perencanaan ke sana pun sudah menuai murkaNya, tapi tetaplah begitu, yang mengandung murka, bencana, malapetaka lebih terasa dan terlihat indah.
Bangunan yang kokoh dibangun dalam waktu yang cukup membuat pembangunnya tua, tapi ketika dihancurkan? Tak perlu waktu lama.
Berapa kali diri terbangun lalu hancur? Lebih banyak merelakan diri untuk terjun bebas di arus kehancuran atau pembangunan? Jelas pembangunan terasa sakit, melelahkan, membosankan. Tapi kenapa kalau makan minum tak pernah bosan ya?
Berapa kali pun hasrat akan membuat sensasi sensasi kehidupan yang sangat terlalu pasaran, seperti segala macam kejahatan dari berbagai tingkatannya. Mengapa tak coba rengkuh tangga tangga kebaikan yang ada peluang mendapat kecintaanNya walaupun terasa sakit?
Dunia ini dari dulunya selalu menipu, tapi tetap saja merelakan diri untuk tertipu ternyata enak juga ya? Dengan segala kesemogaan, jangan pernah bosan selalu minta bimbinganNya agar tak pernah bosan merengkuh jalan-jalan perbaikan yang selalu terbuka lebar.
.
Cls, Senin 8 Mei 2023, 17:21, halub
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H