Mohon tunggu...
halubĀ©
halubĀ© Mohon Tunggu... Mahasiswa - Puisi, Cermin, Cerpen, dan Refleksi.

Pencarian dan keyakinan, berteman dekat, sampai kapan pun, selalu ada hal-hal yang membanggakan bagi setiap yang yakin

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Terlampau Menulang

3 April 2023   06:21 Diperbarui: 3 April 2023   07:01 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Source: shooted by own it's camera

Ā  Ā  Ā .

Ā  Ā Berlagak dengan segenap asa,
Menarik perhatian publik,
Jika belum terasa, akan dibuat lagi, hingga,
Terasa dan penuh sensasi.
Ā  Ā Mulai dari postingan sensasional,
Candu ketenaran yang terlampau menulang,
Hati tembus, penuh dengan hasrat tenar yang tak tertahankan, komen-an memang lah pencarian.
Ā  Ā Batu di alam berevolusi menjadi kepala kepala bernyawa. Membatu pada kebenaran bagus. Jika sebaliknya, sial lah evolusi batu di alam, juga siapa pun yang terkait dan membatu prosesnya.
Ā  Ā Sensasi satu usai, buat lagi, lagi, dan terus hingga tak ada akhir selagi nyawa belum berpisah. Himbauan datang---abai---dianggap sampah, pencitraan, cari muka.
Ā  Ā Padahal, yang men-sensasi di atas pelana pembatuan dengan bahan bakar sensasional pencarian perhatian publik adalah bukti kedunguan yang terlampau tak ada obatnya, kecuali, MATI.
Ā  Ā Akhirnya hidup lah di bawah bimbingan nafsu dan perasaan, mencengokan bukan? Begitulah siklus yang paling nikmat dinikmati, seperti hidangan makanan terlezat yang disajikan gratis.
Ā  Ā Peringatan peringatan yang datang? Hah itu hanya alunan keirian yang memang begitu kerjaannya, selalu membatasi yang lain dengan alasan regulasi yang tidak sehat, enggak bermutu, merusak.
Ā  Ā Hiruk pikuk, kabar melenting tentang sosok yang enggak ada kapoknya, selalu ada kebencian di mana ada hembusan angin.
Ā  Ā Tidak ada yang pura-pura belum tahu, kalau "ikatan iman paling kuat adalah cinta dan benci karenaNya."
Ā  Ā Melengos, telinga ada, namun mode luar angkasa. Raga hadir jiwa hilang. Hasil dari perkumpulan penting dianggap biasa saja, bahkan tak penting.
Ā  Ā Mengherankan---yang tak bagus mengaku-ngaku bagus, heh kiamat sudah. Padahal yang bagus betulan pun tak pongah sibuk validasi juga sertifikat tanah.
Ā  Ā Di mana bumi dipijak---di situ langit dijunjung. Langit, bumi tak punya, ANGKUH membusukkan banyak hal, lain lagi jika tepat tempatnya.
Ā  Ā .
Ā  Ā  Sabtu 1 Apr 2023, 21:37, halub

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun