Mohon tunggu...
halubĀ©
halubĀ© Mohon Tunggu... Mahasiswa - Puisi, Cermin, Cerpen, dan Refleksi.

Pencarian dan keyakinan, berteman dekat, sampai kapan pun, selalu ada hal-hal yang membanggakan bagi setiap yang yakin

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dipaksa Cocokkan

28 Oktober 2022   23:21 Diperbarui: 28 Oktober 2022   23:29 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Deru masih terdengar jelas dari kegelapan kamar, kendaraan yang terdengar seperti tak berhenti semalaman, tujuan membuatnya bergerak, meski dalam kepayahan, ketika kebanyakan manusia sedang tertidur pulas, atau---ketika sebagian yang lain baru terbangun dari mimpi malamnya yang beragam.

Desingan kosong menetap di telinga, membisikan banyak hal, namun tak dimengerti, tapi terasa seperti terapi. Banyak hal yang sulit dimengerti di dunia ini, namun, pergerakan harus terus bergerak,
Delima, ketika titik terendah datang, pilihan untuk terpengaruh juga terprovokasi sering menghancurkan keidealisan seseorang, kecuali yang benar-benar kuat tekadnya. Karena asam manis adalah titik rawan untuk tetap memperjuangkan keidealisan.

Diterima, alasan bodoh nan rapuh. Yang penting diterima, halah bego! Terlalu merendah dan---akhirnya diinjak-injak. Angkat kepala! Katakan apa-apa yang memang tidak semestinya, ungkapkan!

Dihina, dengan cibiran ringan yang menelentangkan, diam tak berkutik, mengira semua terjadi begitu saja tanpa ada proses khusus yang menjadikan seseorang berkata sesuka hati, "tapi dia kan miskin!"

Debur, ombak, amarah, percuma. Busuk itu sudah paten abadi tanpa tepi dan tapi. Mustahil mendengar, apa lagi memahami petunjuk yang, sebenar-benarnya petunjuk.

Dipaksacocokkan, demi perbaikan keturunan. Keji yang sangat jauh, bahkan tak mengenal tepi. Omong kosong bangsa*! Semua pembohong! Pencitraan agar terkesan baik, juga berbaur bersama, merakyat lagi sederhana. Ta*!

Ā  Ā Jum'at 28 Okt 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun