Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tukang Bubur Naik Haji, Koruptor Turun Haji

12 September 2014   17:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:53 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya juga ibadah, harus dilandasi niat baik, sikap baik, dan terlebih juga bekal baik. Terkait dengan ibadah haji, sebagai rukun Islam ke lima, banyak contoh dapat disimak. Dengan pendapatan yang kecil namun giat bekerja dan rajin menabung, cita-cita'wong cilik' untuk naik haji banyak yang berhasil.

Gambaran  keberhasilan itu dapat kita baca pada media cetak,  dan kita lihat di layar televisi diangkat dalam sinetron. Daya tarik berhaji serta perjuangan untuk mewujudkannya pun laris dalam tayangan sinetron "Mak Ijah Pengen ke Mekkah" atau "Tukang Bubur Naik Haji".

Naik Haji

Berita positif, salah satunya‘tukang bubur naik haji.  Sariyah,  seorang warga Kelurahan Karanglewas Kidul Kecamatan Purwokerto Barat, menabung hampir seperempat abad dari hasil berjualan bubur. Rabu pekan depan Sariyah akan berangkat ke tanah suci.

Masih yang positif. Tahun lalu, Abdullah, seorang tukang becak, warga Dusun Klanceng, Desa Ajung, Kecamatan Ajung, Jember, Jawa Timur. Ia menyisihkan penghasilannya belasan tahun untuk naik haji. Lalu ada pula loper orang, tukang pijat keliling, sopir angkot, buruh tani, dan banyak lagi, yang dapat dijadikan cermin atas kegigihan mereka.

Kegigihan dan keuletan untuk mewujudkan niat mereka memang luar biasa. Niat itu menjadi seolah mimpi. Karena banyak orang lain dengan pekerjaan dan penghasilan serupa dirinya, bahkan banyak pula yang lebih baik, tidak atau belum mampu mewujudkannya.

Turun Haji

Ada pula berita negatifnya, yaitu 'turun haji'. Tentu saja istilah ini bukan kebalikan dari berangkat atau naik haji, dengan pulang atau turun haji. Istilah ini sangat tepat untuk dilekatkan kepada  para pesakitan, tersangka maupun yang telah divonis bersalah, yang terlibat kasus kriminal, narkoba, perselingkuhan,  plagiat, penyelewengan, manipulasi, hingga para koruptor.

Banyak orang berpredikat haji yang menjadi penghuni penjara  Banyak diantaranya yang telah berhaji berkali-kali pula. Lantas dimana nilai ‘kehajian-nya’? Apakah tidak lebih baik mereka ‘turun haji’, alias predikat kehajiannya dicopot, ditanggalkan, dihapus, dan juga ditiadakan saja.

Minggu-minggu ini saat yang tepat untuk mengumumkan siapa saja yang gelar hajinya perlu dicopot , dilucuti, dan diturunkan.

Terus siapa yang harus menganulir gelar haji mereka? Ya siapa lagi kalau bukan penyelenggara haji, Biro Perjalanan Haji, dan tentu saja Kementerian Agama. Persoalannya jadi ribet ketika kita tahu, ada Menteri Agama yang justru tersangkut kasus korupsi dalam penyelenggaraan haji…!

Dua Menteri

Mengurusi banyak orang, dengan uang yang sangat banyak pula, memberi kesempatan kepada siapapun untuk tidak amanah. Beragam dalih dapat dikemukakan untuk melakukan hal itu. Dan ujung-ujungnya, jangan-jangan baru disadari kemudian, semua itu masuk dalam ketegori korupsi.

Sebagai catatan,  sebelum Suryadarma Ali, sudah ada pendahulunya. Menteri Agama yang pernah tersangkut korupsi adalah Said Aqil Husin Al Munawar, pada era Presiden Megawati Soekarnoputri.

Dengan uraian di atas maka setiap muslim dan muslimah mestinya makin mawas diri pada niat, sikap, dan bekal untuk berhaji. Jangan gunakan uang korupsi untuk berhaji dengan harapan di sana nanti minta ampunan. Gelar haji dapat, ampunan dapat? Salah. Meski kualitas ibadah dan amaliyah selama berhaji sangat tinggi, niscaya semua itu tidak berguna, karena tidak akan diterima hajinya.

Akhir kata, selamat untuk orang-orang yang berangkat haji tahun ini, semoga lancar, sehat, dan kuat selama di sana. Semoga pulangnya nanti menjadi Haji Mabrur. Insya Allah tahun mendatang, dengan bekal yang halal, saya -dan siapapun yang belum berhaji- menyusul…!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun