cara saya memaknai ‘saya’
saya Indonesia dan saya Pancasila
begitu seseorang kencang bersuara
hari-hari lalu, tegaskan dan tegakkan
namun
saya ingin betul sesiapa menerangi nurani
dengan cahaya keindonesiaan hari ini
lalu membacanya
dengan sepenuh tekat Pancasilais sejati:
saya Indonesia dan saya tidak korupsi.
***
derita orang-orang kalah
kalah itu lumrah, ada kawan mata merah
 dihujatnya semua semata pendusta
 lupa ia menunjuk diri sendiri siapa.
sakit hati itu perih, semua arah merintih
 juga wajah berlumut waktu membeku
 kini di dalam sel didera sesal, kelu.
politik mengubah aneka satwa jadi maling
 koruptor segarang singa, setangguh buaya
 yang lain membebek amin, beraroma massa.
tapi kalah itu langkah betapa malu
 korupsi meracuni pikir dan akal sehat kita
tak terkira perih, tak terkata duka.
***
ihwal politik hingga maling
ada yang bilang ‘politik tidak busuk’
tentu saja, sebab yang busuk politikus
ada yang bersikeras ‘masuklah ke parpol’
tentu saja, itu lapangan kerja untuk kaya