Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Rodrigo Duterte Tegas, Penjahat Narkoba Ditumpas

9 Agustus 2016   08:24 Diperbarui: 9 Agustus 2016   22:58 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
rodrigo duterte, presiden filipina. Sumber gambar http://www.mb.com.ph

Rodrigo Duterte mungkin suka film coboy. Tidak ada hukum, tidak adan perikemanusiaan. Yang ada adalah kecepatan dan kelihaiah untuk menarik pelatuk senjata api yang diarahkan kepada siapa saja yang diindikasikan sebagai penjahat, dalam hal ini para penjahat narkoba.

Presiden, Petrus

Duterte tak lain adalah Presiden Filipina. Media memberitakan, sang presiden mengumumkan 160 nama pejabat daerah, anggota dewan dan para penegak hukum yang terlibat perdagangan narkoba. Bila dalam 24 jam tidak menyerah diri akan diburu dan ditembak mati. (sumber)

Itu kenapa sejak dilantik sebagai Presiden pada 30 Juni 2016 lalu, kebijakan perang terhadap penyalahgunaan narkoba yang diluncurkannya telah menewaskan lebih dari 800 orang. Peristiwa itu barangkali hanya bisa disejajarkan dengan peristiwa Petrus, alias penembakan misterius terhadap para residivis dan penjahat lainnya, di negeri kita.

Akibat keganasan itu penjara pun penuh sesak. Sebuah penjara di kota Quezon Manila yang berkapasitas 800 orang dihuni lima kali lipat. Sehingga para tahanan ada yang tidur dengan berdiri. Bersamaan dengan itu para penggiat HAM dan Gereja sibuk mencari cara bagaimana supaya Duterte menghentikan aksinya.

Agaknya Duterte tidak pandang bulu. Semua yang terindikasi sebagai bagian dari bandar dan peredaran narkoba, termasuk aparat kepolisian, disikat.

Polisi, Insipirasi
Reuters melaporkan, Kepala Kepolisian Filipina Ronald Dela Rosa, Senin (8/8/2016), menyesalkan sejumlah aparat kepolisian yang seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat malah menjadi perusak dengan melindungi pengedar dan menjual narkoba yang disita. (sumber)

Oh, bukan di sana saja rupanya praktik kotor itu terjadi. Di sini pun disinyalir sama. Laporan Koodinator Kontras Harris Azhar mengindikasikan hal itu. Namun laporan itu agaknya hanya berhenti sebagai wacana. Aparat yang bersangkutan sibuk mengurus soal apa maksud dan latar belakang pelapor melakukan hal itu.

Ketegasan Presiden Duterte di atas mestinya memberi inspirasi kepada bangsa ini. Memberantas dengan tegas, ganas, dan sikat habis hingga ke akar-akarnya, dengan konsekuensi melanggar HAM dan meneerima banyak kecaman; atau membiarkan narkoba bersimaharaja menjadi pembunuh dan penghancur peradaban bangsa. Itu dua pilihan yang tidakmudah. Kalau pilihan pertama diambil tentu perlu mempersiapkan banyak penjara kosong, kalau perlu pulau kosong, untuk menampung puluhan ribu penjahat narkoba yang menyerahkan diri untuk diadili.

Pilihan, Belas Kasihan

Jika pilihan pertama dilakukan maka tak perlu ada lagi ribut-ribut setiap kali ekskusi mati terhadap gembong narkoba dilakukan. Jika pilihan pertama diambil maka itu membuktikan bahwa hukuman mati tidak membuat jera gembong narkoba. Yang membuat jera adalah semua bandar, pengedar, penyelundup, pelindung, dan pengguna narkoba diwajibkan menyerah diri,, dan bila menolak akan diburu dan ditembak mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun