Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pohon Tumbang, Empat Nyawa Melayang

12 Januari 2015   02:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:20 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada saja cara Tuhan menunjukkan kelemahan manusia. Alpa, lalai, abai dan lengah, atau hal lain semacam itu terus-menerus dan tiap hari kita lakukan, dan akibatnya hampir sama. Timbul kurban, dan akibat terbesar nyawa melayang.

Peritiwa tumbangnya sebuah pohon tua di Kebuh Raya Bogor hari ini menjadi salah satu bukti betapa manusia selalu dalam keterbatasan. Pertanyaan mendasarnya, apakah cukup logis pohon tua yang keropos menjadi pembenar kecelakaan maut terjadi?  Tergantung dari  sudut pandang mana analisis dibuat. Yang pasti, pohon terlanjur tumbang. Dan bersamaan dengan itu empat tewas dan 21 orang lainnya terluka.

Murah, Cepat

Nyawa kita betul-betul murah, dan itu pengertian denotatif, bukan konotatif. Nyawa kita betul tidak berharga. Betulkan? Mari kita telusuri asal-muasalnya. Kepada siapa kita pernah meminta. Mungkin membeli, atau bisa saja merampok nyawa itu, sehingga kemudian kita merasa memilikinya. Ah ya, itu pertanyaan bodoh. Siapapun tahu hanya Tuhan sang pemilik alam semesta yang membagi-bagikan nyawa dengan berbagai tuntutan sebagai mahluk.

Lalu ketika nyawa itu diambil kembali si pemilik kenapa kita merasa kehilangan? Merasa menyesalkan, marah, dan tak jarang menghujat siapa saja sebagai penyebab timbulnya peristiwa kematian itu? Kenapa? Tiap orang mungkin saja punya jawaban berbeda. Namun biarlah untuk urusan pelik itu para ahlinya saja yang menjawab. Tulisan kecil ini sekedar hendak menyadarkan kita betapa jalin-menjalin potongan peristiwa, kilasan kejadian, kebetulan-keberuntungan dan kesialan, atau apapun namanya, menjadi satu begitu saja. Kemudian tak terbantahkan lagi pohon tua berdiameter 1.5 meter, dengan panjang sekitar delapan meter itu, tumbang.

Peristiwa pohon roboh itu begitu cepatnya, sehingga tidak ada kesempatan untuk menghindari timpaannya yang berujung pada kematian dan luka-luka, ringan maupun serius. 1)

Tentu saja tetap ada nasehat penting harus dicatat: jangan berteduh, beristirahat dan beraktivitas di bawah pohon tua yang kemungkinan keropos batangnya, gampang patah dahannya, dan alasan lainnya.

Menjemput Maut

Tiap orang punya cara berbeda untuk menemui ajal. Namun pula orang-orang yang berpulang dengan sebutan yang sangat khas ‘menjemput maut’. Seolah maut itu tidak mau datang sendiri menghampiri. Dia harus dijemput, didatangi, disongsong. Seperti tamu agung yang sangat tinggi kedudukannya dan terhormat, yang tidak mungkin datang bila tidak dielu-elukan sedemikian rupa.

Dalam rangka menjemput maut ada yang harus dengan cara berwisata ke pantai, naik gunung, berolahraga, makan dan minum, pelesiran ke obyek-obyek wisata di negeri seberang; atau bahkan saat mengantar jenazah kenalan menuju kampung halaman, saat berziarah, ketika menengok orang sakit. Menurut penuturan seorang pengunjung Kebun Raya Bogor sebagai saksi mata, mereka karyawan sebuah perusahaan di Kabupaten Bogor yang sedang kumpul keluarga dalam acara perusahaan.2)

Maut menjemput untuk yang siap maupun tidak siap, bahkan untuk yang sama sekali tidak bermaksud menjemput maut itu sendiri. Dengan demikian dapatlah disederhanakan, apapun tindakan kita –bergerak atau tidak bergerak, di rumah atau di luar rumah, sengaja atau tidak sengaja- adalah cara kita masing-masing untuk menjemput maut.

Penutup

Selalu ada cara kita untuk coba memahami apa dan bagaimana konsep hidup dan kehidupan ini meski sering harus terlebih dahulu diawali dengan peristiwa yang menyedihkan. Tidak cukup denganhanya mencari kambing-hitam. Justru seringkali kompleksitas permasalahan begitu besar. Namun tetap ada hikmah dibalik itu, yaitu mewaspadai, terus menerus, untuk tidak terjadi peristiwa yang sama, dimana pun.

Tentu rasa terimakasih harus dialamatkan kepada tekan-rekan korban yang dengan sigap membantu menyelamatkan mereka yang tertindih, terjepit, atau tertimpa, namun masih dapat diselamatkan nyawanya.3)

Setelah ini ada proses penyelidikan pihak berwenang untuk mengetahui peristiwa sesungguhnya, terhadap para saksi mata, termasuk pihak Kebun Raya. Dengan itu dapat dilakukan evaluasi apa yang harus dilakukan terhadap pohon tua, pengamanan pengunjung, bahkan juga proses pemberian asuransi. Mudah-mudahan semua proses itu tidak harus melalui kehebohan yang sering dipicu pemberitaan maupun silang-sengketa di media.

Sumber berita :

1.http://news.detik.com/read/2015/01/11/122255/2799866/10/4-pengunjung-tewas-dan-21-terluka-tertimpa-pohon-tumbang-di-kebun-raya-bogor
2.http://news.okezone.com/read/2015/01/11/338/1090657/pohon-tumbang-di-kebun-raya-bogor-empat-orang-tewas
3.http://megapolitan.kompas.com/read/2015/01/11/14100261/Pohon.di.Kebun.Raya.Bogor.Tumbang.4.Orang.Tewas

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun