Tetangga sebelah minggu lalu mengadakan pesta kelulusan putera pertama mereka, yang telah diwisuda menjadi sarjana teknik. Lima hari lalu seorang kawan karib mengadakan pesta syukuran karena kelahiran anak ketiga yang ditunggu-tunggu, berjenis kelamin perempuan, dua kakaknya laki-laki. Tiga hari lalu ada pesta ulang tahun, kali ini ulang tahun berkawinan yang ke lima puluh untuk pasangan seorang pensiunan PNS dengan anak empat dan cucu tujuh.
Aduhai, mereka semua berpesta. Para tetangga itu, ada saja acara mereka. “Lalu kapan kita berpesta?”, tanya Jali dengan wajah ditekuk dan suara bersungut-sungut kepada Jalu adiknya.
“Kamu punya uang berapa, Kang? Sini berikan padaku. Nanti kuajak Mas Narjo, Kang Sukram, dan Uda Hisyam untuk ikutan nambah. Kalau perlu aku minta sokongan Bang Ton, Nyong Radi, Cak Landi, Mardius, dan Made Budi. Kawan-kawan kita itu rasanya sudah lama tidak kita ajak bareng-bareng mengenyam kegembiraan . . . .!” Jalu membujuk.
“Okelah, kalau itu maumu. Ini dua ratus. . . .!” dengus Jali dengan mata berbinar membayangkan kemeriahan pesta yang bakal segera digelar nanti malam, ya kebetulan memang malam panjang.
“Kurang! Lima ratus minimal, baru asyik. . . .?” desak Jalu spontan. Harga minuman makin mahal saja, dan untuk berpesta harus berani menipiskan dompet. Mengurangi jatah rumah, atau kalau perlu uang setoran taksi dipakai dulu, terpaksanya jual apa saja yang ada: ponsel, cincin emas, sepatu bermerek, atau apa saja yang masih laku dijual.
===
Tak terkira senangnya orang yang akan berpesta, dan seperti pesta lain yang spesial malam minggu ini pun Jali dan Jalu bersiap menjadi tuan rumah yang baik. Semua rencana telah matang disiapkan, terutama hidangan yang sifatnya wajib ada. . . .ya, minuman. Tentu ditambah aneka camilan berupa gorengan, kacang kulit, dan beberapa bungkus rokok.
Aneka minuman, mulai suplemen kesehatan, minuman bersoda, hingga minuman beralkohol, bahkan ditambah cairan alkohol sekian persen supaya makin mantap rasa-aroma dan daya nendangnya, tersedia sudah! Cihuiii sedapnya. . . ., maknyus pisan euy!
Pesta memang menyenangkan. Tak peduli siapa dan mengapa, tak peduli bagaimana. Yang namanya pesta menggairahkan sekali, pokoknya edun, jangan ditanya senangnya! Dengan undangan bisik-bisik saja yang sanggup datang lumayan banyak, dan undangan itu memang tidak pernah salah alamat.
===
Seperti penumpang Pesawat Malaysia Airlines MH370; para peserta pesta malam itu terbang meninggi ke angkasa biru nan luas membentang, dengan penuh kebebasan, disertai canda-ria, dan tentu ada keikhlasan mendalam, untuk kemudian keberadaan mereka raib tak tentu rimbanya. Atau diibaratkan dengan kapal feri Sewol di perairan Korea Selatan; para lelaki bahagia itu telah mengarungi samudra luas dengan gagah berani menjemput gelombang tinggi dan badai untuk sampai di pantai nan indah di seberang sana.
Itulah pesta terakhir mereka. Lokasinya bisa dimana saja di seluruh pelosok tanah air tercinta ini, di kota maupun di desa, dan melibatkan siapa saja (usia, pendidikan, pekerjaan, agama, dan kebeagaman lain).
Setelah bagian logistik menyiapkan semua keperluan pesta, termasuk hentakan bertalu musik cadas dari speaker murah , dengan penerangan lampu temaram ala kadarnya, maka pesta pun dimulai. Baskom besar itu diletakkan di tengah ruangan. Gela-gelas dijajarkan. Semua peserta pesta mengelilingi arena.
Lalu cairan demi-cairan dituangkan. Suara musik, denting gelas dan piring, celoteh riuh dan sesekali cabul, bersahutan riuh. Di rumah kosong pada komplek perumahan sederhana di pinggir kota itu, belasan orang berkumpul untuk bersama-sama berangkat! Kalau di pesawat terbang atau di kapal feri sudah tidak muat, yang lain mau saja berlari atau berjalan kaki, yang penting berangkat. . . . .! Pesta itu memang untuk mengantar keberangkatan mereka. . . .!
Beruntung Jalu sebagai tuan rumah masih punya inisiatif kreatif. Seperti penumpang pesawat terbang dan kereta api, undangan pesta wajib menunjukkan KTP dan SIM sebagai identitas dan tanda kepesertaan. Jalu juga mencatat pesan-pesan dan sedikit profil keluarga maupun pekerjaan mereka satu persatu.
Cibaduyut, 2 Mei 2014
Catatan:
Pesta miras dan mabuk menjadi gaya hidup banyak kalangan. Berita korban minuman keras, terutama oplosan, terjadi hampir setiap hari. Belum ada tindakan yang drastis untuk mengatasinya.
Kalau ada berita penemuan ribuan liter minuman keras diantarpulaukan, atau temuan pada tingkat pedagang dan pengecer, masih berapa banyak minuman keras lain yang tidak ditemukan yang beredar bebas di tengah masyarakat? Berapa banyak pabrik minuman keras memproduksinya secara illegal? Sulit untuk dijawab.
Dan korban-korban pun akan terus berjatuhan dengan mulut berbusa, tubuh kejang-kejang, bola mata terbalik, dan nafas tercekik. . . . .! Na’udzubillahi min dzalik (Aku berlindung kepada Allah dari yang demikian itu. . . . .)!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H