Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Panggung Sandiwara, Joko Widodo, dan Joko Bodo

17 September 2014   06:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:28 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dunia ini panggung sandiwara

Begitu Ahmad Albar dalam penggal lirik lagu lawasnya

Walau mestinya juga panggung apa saja!

Mungkin panggung boneka, panggung topeng monyet,

Panggung orang gila, panggung para pencopet, berjuta panggung…

Dan sangat mungkin juga panggung lawak-komedi-ber haha haha

Tempat orang tergelak gembira, kadang tersedak duka

Begitu pun banyak panggung lain yang khidmat, keramat

Bahkan gawat keliwat-liwat!

Demikianlah panggung dibuka untuk semua nama Joko

Ada seribu, seratus ribu, sejuta Joko bertebaran

Sahdan bertemulah dua Joko dari dunia berbeda

Satu Joko terjerat politik kasunyatan

Joko lainnya terjepit pada dunia gegaiban!

Tatkala Mas Joko menyulam harap, merenda nasib

Dari Solo, ke Jakarta, lalu meng-Indonesia

Ndilalah kersanig Allah kini makin dielu-elukan, padahal semula

Banyak yang berprinsip lu-lu gue-gue

Ini terkait dengan siapa akan menjadi apa

Dalam kabinet yang sosoknya kiwari masih berbalut misteri

Sebab itu bermakna hidup-mati koalisi, bahkan nasib partai!

Dan nama Joko yang lain, masih mengaku bodo seperti dulu

Suka termangu-mangu suntuk membaca mantera

Jagad nyata jagad maya, jagad cilik jagad ageng, menyatu

Pada genggaman sang pengelana gondrong rikmanya

Tentu di padepokannya yang dihiasi lima rumah agama

Tempat sekaligus ia meyantuni entah berapa konco istri

Yang dikaruniai masing-masing entah berapa bayi!

Bukan tidak mungkin dua nama Joko itu kelak

Akan saling merindukan, saling mencoba peran yang berbeda

Seberapa sanggup, seberapa berat konsekuensinya

Bukan tidak mungkin suatu ketika saling puji, atau saling ledek

Juga bisa saling lirik, saling jewer, asal jangan saling sikut saja!

Joko Bodo begitu akrab bersandiwara di panggung layar kaca

Terlebih panggung alam gaib, santet, perewangan, penglaris dan susuk

Sedangkan Joko Widodo akan segera mengisi semua panggung publik

Bahkan pun pada panggung dadakan manakala rindu blusukan…

Yang kemudian pastilah bakal menuai banyak kritik!

Bandung, 16 September 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun