Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketidaktepatan Pilihan dan Penggunaan Kata, Koreksi Kecil

4 Juli 2015   13:02 Diperbarui: 4 Juli 2015   13:05 1439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbahasa jelas menggunakan kata. Dan kata ada banyak jumlahnya. Untuk satu maksud yang paling sederhana dapat menggunakan beberapa pilihan. Selain pilihan kata, pengguna bahasa juga mesti memilih menentukan menggunakan atau meghapuskan kata tertentu.

Dalam kaitan dengan itu dengan hanya mengandalkan naluri dan rasa bahasa, saya coba membuat koreksi kecil ihwal kebahasaan yang saya temukan. Sebelumnya minta kembali dikoreksi bila koreksi ini ternyata justru salah.

Hanya, Orang Tua-Anak Kandung

Suratkabar Pikiran Rakyat Bandung pada halaman pertama kemarin (3/7) memuat berita mengenai pecahnya persaudaraan karena rebutan warisan.  Saya kutip kalimat kedua pada alinea kedua (ini versi cetak, sedangkan versi  online sudah dikoreksi), sbb. : “Hanya lantaran harta yang diwariskan orangtuanya, dua anak kandungnya berseteru hingga berujung di Pengadilan”-1/

Ada dua hal yang perlu kita cermati pada kalimat itu. Pertama, penggunaan kata ‘hanya’. Dan kedua pada kata ‘orangtua dan anak kandung’. Kata ‘hanya’ di sana menjadi tidak tepat bahkan menggelikan karena nilai warisan yang diperebutkan bukan 100 atau 200 juta rupiah, namun 70 milyar rupiah. Bandingkan dengan berita lain tentang pertengkaran antar saudara kandung yang berujung pada kematian karena memperebutkan warisan yang nilainya jauh lebih kecil. Sekali lagi kata ‘hanya’ semestinya tidak perlu ada, alias dihilangkan.

Hal kedua yang saya anggap tidak tepat adalah pilihan kata ‘orangtua dan anak kandung’. Menyandingkan dua kata itu menjadi hal yang sangat lumrah dalam pemberitaan. Bsakan banyak judul berita menggunakannya. Misalnya:  Ayah dan anak merampok, Paman melecehkan keponakan, Ibu dan anak terlibat perselingkuhan, dst. dll. Penggunaan kata keterangan itu menjadi rancu pengertiannya karena tidak jelas menunjuk pada siapa dengan siapa.

Sebagai perbandingan, ketika seseorang ditanya seorang pendatang (berjalan kaki, atau naik sepeda motor) tentang dimana tempatnya Kantor Pos terdekat misalnya (minta ancar-ancar untuk didatangi), maka jawabannya akan menunjuk pada satu tempat yang pasti (perempatan jalan, jembatan, pasar, masjid,  nama gedung yang lebih tinggi/besar/terkenal, atau lebih mudah dikentarai dari jauh, atau tanda-tanda lain), tambahan: jalan terus/lurus  sekitar 20 meter lagi, belok ke kanan/utara, di belakangnya, dan keterangan lain serupa itu).

Dengan dengan harus ada satu hal dulu sebagai ancar-ancar (untuk berita di atas dapat disebut nama/inisial, profesi atau ciri lain apa) dan baru kemudian menyebutkan kata keterangan, hubungan kekerabatan, dsb.. Dengan kata lain semestinya kalimat di atas diubah menjadi :

  1. “Lantaran harta yang diwariskan Abdul Kadir Djafar (almarhum), dua anak kandungnya berseteru hingga berujung di Pengadilan”, atau
  2. “Lantaran harta yang diwariskan orangtuanya, Abdul Halim Kadir (adik) dengan Abdul Rauf Kadir (kakak) berseteru hingga berujung di pengadilan”.

Catatan: Kata ‘hanya’ dihilangkan (kata ‘hanya’ mestinya dipakai bila didahulu dengan angka lebih besar sebagai pembanding). Contoh: ‘Amin dan Aman akhirnya berdamai dalam perebutan warta warisan senilai dua trilyun rupiah; sebaliknya Halim dan Rauf gara-gara ‘hanya’………!’

Kata ‘orangtua’ diganti dengan nama yang bersangkutan bila nama kedua anak kandung tidak disebut, atau kata dua anak kandung diganti dengan nama yang bersangkutan dan nama orangtua mereka tidak disebut.

Kata ‘dan’ yang memisahkan antara dua nama anak kandung itu digantikan dengan kata ‘dengan’.  Penjelasannya dengan contoh: ‘Budi dan Dadang berkelahi di sekolah’, mestinya ‘Budi dengan Dadang berkelahi. . . .’. Hal ini akana terlihat jelas ketika Budi dibantu dua orang temannya, kalimanya menjadi : ‘Budi, Adi, dan Didi dengan Dadang bekelahi’.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun