[caption caption="gayus tambunan dalam busana jawa"][/caption]
Sumber gambar : di sini
Â
Berhasil itu harus dicapai dengan perjuangan dan tentu perjuangan pula yang telah dilakukan Gayus Tambunan (GT) di blog keroyokan bernama Kompasiana (K). Rutin dan antusias menulis, dengan susunan kata bergaya, enteng, sesekali ngawur, suka humor yang menyerempet pornografi, dan mengikuti peristiwa aktual apa saja. Hal lain ia sangat piawai memposisikan diri sebagai orangtua-bijak-jujur dan sangat pas untuk diteladani-'digugu lan ditiru, dijadikan panutan, serta ramah dan akrab dengan siapa saja (kecuali para penyangkalnya).
Â
Pada media sosial ada hukum tidak tertulis: seseorang itu siapa saja, dan ketika ia akrab dengan orang lain, itu berarti pula siapa saja yang lain. Semuanya berdasarkan apa yang ditulis/digambarkan dalam tulisan, dari foto diri (meski pinjam gambar apa saja), serta bagaimana komentar diri sendiri maupun orang lain tentangnya.
Â
Lepas dari mereka yang sejak awal bersikap kritis dan sudah curiga/was-was, nyatanya relatif banyak orang lain yang terpedaya. GT –sekali lagi- sungguh licin menempatkan diri untuk disenangi-dipercayai-dihormati dan bahkan dielu-elukan. Luar biasa, meski belakangan ungkapan itu dapat saja berubah menjadi ‘kurang-ajar, bangsat, terkutuk, mampus lu!’. Rasa suka berganti benci, rasa bangga menjadi malu, rasa solider menjadi dikhianati, rasa manis berganti menjadi cuka….! Sakitnya tuh di sini….!
Â
Iseng-iseng mari kita berkaca diri karena ulahnya, sebab betapapun harus diakui ‘keberhasilannya’ dalam memelintir: kata/kalimat, pendapat, sikap, empati/simpati, dan entah apa lagi. Keberhasilan itu, kalau boleh disebut demikian, menjadi pembelajaran agar tidak ada lagi orang bertindak serupa dia, dan tidak ada lagi orang yang tercocok-hidung sedemikian rupa. Keberhasilan itu apa saja?
Â