Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bupati Menulis Buku, Malinau Maju

1 Desember 2014   06:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:23 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis, apalagi menulis buku, menunjukkan kerja keras yang kemudian menjadi tolok ukur sebuah kemajuan. Bila setiap profesi rajin menulis, dan kemudian membukukannya, maka gerbang kemajuan lebih mudah, lebih murah, dan lebih dekat untuk diraih. Tentu saja bila kita percaya, bahwa buku sumber ilmu, sumber inpirasi, dan sumber motivasi bagi perseorangan, kelompok masyarakat, maupun lembaga, termasuk pemerintahan.

Meramu Buku, Pecahkan Persoalan

Dalam kaitan itu buku buah karya Doktor Yansen Tipa Padan, M.Si dengan judul Revolusi dari Desa, memberi dua prespektif menarik. Pertama menunjukkan kepedulian lebih dari penulisnya, sebagai Bupati Malinau, yang merupakan pokok bahasan isi buku.

Menulis menjadi salah satu proses belajar, kemudian menulis agar mudah dan berhasil diaplikasikan merupakan prestasi dambaan setiap pimpinan daerah. Kedua, kualitas tulisan baik berupa landasan teori maupun penelitan panjang yang melatarbelakanginya, menunjukkan kualitas penulisnya. Isi buku itu sekaligus pengembangan dari disertasi penulisnya.

Menurut Profesor Sadu Wasistiono, tidak banyak praktisi pemerintahan yang menyempatkan diri untuk menuangkan buah pikiran dan pengalamannya dalam bentuk buku sebagai wujud pertanggungjawabannya kepada generasi mendatang.1) Dijelaskan, Bupati Malinau Dr. Yansen TP, M.Si mampu me-reaktualisasikan konsep pembangunan komunitas (communitu development) yang dikembangkan oleh Perserikatan  Bangsa-Banga (PBB).2)

Konsep baru itu dinamakan ‘Revolusi dari Desa’, sebuah pemikiran baru dan kemudian diimplementasikan secara radikal dalam membangun desa dengan member kepercayaan secara penuh sesuai aspirasi, tekad, dan kemampuan optimal mereka. Aplikasi dari ide besa memajukan desa diwujudkan dalam kegiatan Gerakan Desa Membangun, disingkat menjadi Gerdema.

Menanggpi capaian penulisan buku oleh Dr. Yansen TP, Profesor Soesila Zauhar memberi penekanan pada besarnya peran kepemimpinan. “Di tangan seorang pemimpin yang kuat dan visioner, yang bisa mengartikulasikan visi, misi, dan strategi, seluruh persoalan kemasyarakatan dan pembangunan, betapapun beratnya, akan terpecahkan dengan baik.”

Kronologis, Proses Panjang

Begitu banyak konsep pembangunan pedesaan, dan dari yang banyak itu beberapa diantaranya ditetapak di Indonesia. Namun aneka konsep it uterus-menerus diperbaiki, direvisi, diucah, dan bahkan harus digugat karena dinilai kurang tepat. Bab pertama isi buku itu berbicara tentang konsep yang aplikatif, serta konsep pembangunan pedesaan yang mempercayai spenuhnya masyarakat desa sendiri untuk berjiwa dan berpikir sebagai bagian dari proses pembangunan di desanya.

Bab kedua diisi dengan teknik merancang pembangunan di Kabupaten Maliau, Provinsi Kalimantan Utara, yang diperkuat dengan empat pilar dan tiga komimen pembangunan. Dari rancangan itu muncullah konsep pembangunan khas Malinau, yang dinamai Gerdema. Bab keempat dan kelima tidak lepas dari sosok bupati. Karena di sini dibicarakan aspek kepemimpinan yang berhubungan erat dengan segala aspek potensi maupun proses kemajuan yang hendak dicapai, dikaitkan dengan profil dan pola hubungan antar lembaga.

Dua bab berikutnya  membahas keberhasilan dari sisi akademis, diantaranya indikator keberhaslan, nilai capaian, pilar kebangsaan dan mekanis perencanaan mapun pelaksanaan keuangan. Uraian sebelum dan sesudah dilaksanakan Gerdema, yang menunjukkan aspek transparansi, kedekatan dan kepedulian dengan rakyat, serta proses panjang dan tidak mudah untuk sampai pada kata berhasil.

Tiga pilar, Contoh Konkrit

Tiga pilar penting alam menykseskan Gerdema. Pemerintah, menempati peran dengan tanggungjawab pertama, terutama dalam hal pergeseran sistem nilai dalam pemerintahan, dari tingka desa, kecamatan, hingga kabupaten. Pilar kedua masyarakat, dan pilar ketiga swasta. Pilar pertama dan ketiga jelas sudah banyak digarap dan memunculkan dugaan penyalahgunaan. Sedangkan untuk pilar ke dua, meski sudah sering dilakukan intensitasnya relatif kurang. Padahal justru pilar kedua inilah mestinya yang mendapatkan perhatian lebih besar.

Pada buku ini ditunjukan contoh konkrit peran serta masyarakat dalam implementasi Gerdema, berupa pemberian sumbangan natura untuk kepentingan keamanan lingkgan desa, kesadaran untuk meningkatkan kebersihan desa, memaksimalkan pelayanan pendidikan hngga usaha kesehatan sekolah, dan terutam aktif mengikuti mekanisme pembangunan sejak perencanaan yaitu Pra-Musrenbangdes.3)

Tiga nilai utama dalam pelaksanaan Gerdema, yaitu nilai kecerdasam spiritual, nilai kecerdasan emosional, dan nilai kecerdasan intelektual. Selain itu juga ada nilai kecerdsan ekonomi, dan nilai kecerdasan nasionalis kebangsaan. Nilai yang terakhir ini sangat penting karena berhubungan dengan kesadaran hidup warga desa dalam hal berbangsa dan bernegara, terlebih bagi warga perbatasan dengan Negara tetangga.

Potret Gerdema, Dinamika Rakyat

Yang membedakan buku pembangunan pedesaan, dengan penuturan konsep dan pelaksanaan Gerakan Desa Membangun (Gerdema), yaitu pada kelengapan proses, mulai perencanaan hingga keberhasailannya. Trida kuang 12 halaman dipenuhi dengan gambar-gambar aktvitas pembangunan Bupati Malinau Dr. Yansen TP, M.Si pada berbagai gerak pembangunan, di pelosok-pelosok Kabupaten Maliau.

Bupati turun langsung ke masyarakat, menempuh jarak dan aneka kesulitan dalam perjalanan demi untuk melihat langsung dinamika rakyat dalam pelaksanaanprogram-progra pedesaan yang bermuara pada konsep Gerdema.

Kiranya, selain konsep yang matang dan revolusioner dalam pembangunan desa, buku berjudul ‘Revolusi dari Desa’, dengan subjudul ‘Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat’ mampu terus membuka harapan percepatan dan keberhasilan pembangunan di Kabupaten Malinau, Povinsi Kalimantan Utara, dan seterusnya dapat diterapkan di kabupaten lain di seluruh Indonesia.

Bandung, 30 November 2014

Keterangan:

1.Halaman xi

2.Halaman xiii

3.Halaman 79

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun