1.
menulisi dinding, dengan merah nyaris darah. Kisah sang pembalas, jerit yang terus menggerus resah. Coretan setapak, dengan beribu telapak pelarian
kutulisi sendiri dengan jemari luka, ngucur, pada pagar pada rambu kesadaran
aku terasing, malam larut, terbaring ngelangut!
2
di tangan penghukum, pesakitan, tak pernah puitis. Tak pernah cukup berani untuk tidak di tangan aparat, pesakitan, kehilangan imaji. Terus dalam sakit, dalam dera, dalam remuk, dan hari-hari segera berlalu, seperti bayang memburu cahaya! di tangan arogansi, nyawa. Hanya prasyarat kursi jabatan, sekedar tugas
tuntutan uang makan. Atau lampias bernama sistem: tuhan bagi pengabdi dunia!
3.
rambati malam menyulam salam, tapi geram penghujan tak lagi sampai
jauh sudah mengelana, begitu guntur lalu gelap. Suara desir, derap kaki laju:
dan tumbang. Sekarat menggunung kosong. mengetuk-ngetuk kabut, pada seonggok sengal. Raga ini beku, seserpih ruh, kelu! Sekejap membunuh, sepanjang hayat terbunuh!