Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sebuah Rumah di Lorong Paldua

29 Juli 2021   14:53 Diperbarui: 29 Juli 2021   22:28 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amos Gintings dalam salah satu tugasnya - dari laman FB ttg Amos Gintings

Sebelum diterima sebagai pegawai TVRI ia bekerja sebagai wartawan di koran Wartawan Harian 45, Jurnal Ekuin, Majalah Tempo. Lelaki kelahiran Kabanjahe, Karo -- Sumut pada 1976 itu kuliah di Jurusan Jurnalistik, Sekolah tinggi Publisistik (STP, kemudian menjadi Perguruan Tinggi Publisitik) hingga meraih gelar sarjana muda.

Entah bagaimana prosesnya Bang Amos Gintings akhirnya pindah juga ke Jakarta. Ia menjadi reporter, dan salah satu andalan di sana. Kemudian menjabat sebagai Kepala Bidang Berita TVRI Surabaya/Jawa Timur dan General Manager Berita TVRI Nasional.

*

Dari pertemanan kami di rumah kontrak, ada beberapa catatan perlu saya tuliskan di sini. Pertama, dalam obrolan kami tidak pernah membahas diri kami masing-masing. Belakangan baru saya sadari, ternyata itu salah satu cara menghindari konflik.

Sesekali Amos bercerita penggalan-penggalan kehidupannya sewaktu di Medan, Surabaya, maupun Jakarta. Juga perjalanan kedinasan ke luar kota (diantaranya Gorontalo, Sangihe -Talaud, Palu, Ternate) yang kebanyakan harus dilakukan menggunakan pesawat terbang. Saat itu perjalanan darat dan laut tidak efisien.

Kedua, saya dan Wiwid beda keyakinan dengan Amos. Demikian pun tidak pernah ada ketidak-nyamanan atau gesekan karenanya. Kami saling menenggang. Ketika Amos Gintings melangsungkan pernikahan dengan Chenny Lumentut di Gereja Masehi Injili Minahasa Efrata (GMIM, Kristen Protestan) Paldua; saya dan Wiwid datang menyaksikan. Sedangkan keluarga kedua mempelai berhalangan hadir.

Ketiga, kami menjadi akrab karena sama-sama orang luar Manado/Minahasa. Kami coba menyesuaikan diri dan menyiasati dengan situasi setempat.

Dalam penilaian dan perasaan saya, Amos merupakan sosok yang mudah bergaul, ramah, setia kawan, dermawan, dan siap membantu. Padahal dengan teman-teman lain Amos dikenal tidak mudah berkompromi. Ia juga pekerja keras, disiplin, dan cermat dalam penulisan maupun merancang visualisasi materi siaran yang akan dibuatnya. Kerja jurnalistik cetak yang pernah digelutinya tentu mendasari cara kerja itu.

*

Setelah pensiun Amos kerap memposting kegiatan dan pemandangan seputar Gunung Lokon Minahasa di FB. Sesekali ditampilkannya foto-foto masa lalu saat bertugas di beberapa negara Eropa.

Rupanya ia dan keluarganya punya rumah dan kebun di Tomohon. Ia memposting aktivitas kuliah lagi (bersama isterinya Chenny Lumentut), hingga diwisuda sebagai sarjana teologi. Pada saat lain memperlihatkan kehidupannya yang damai jauh dari hiruk-pikuk kota

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun