Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ambisi Ganjar Dibilang "Mblandang"

25 Mei 2021   10:19 Diperbarui: 25 Mei 2021   10:34 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sosok ganjar pranowo , gubernur jatreng - kader pdi perjuangan - jabar.tribunnews.com

Soal tersebut terdapat dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terbitan PT Tiga Serangkai tahun 2020.

Penerbit mengklarifikasi, buku tersebut terbit sejak 2009. Sedangkan Ganjar Pranowo dilantik sebagai Gubernur Jawa Tengah 2013. Artinya, tidak ada kaitan antara nama Ganjar dalam buku pelajaran dengan Ganjar Pranowo yang Gubernur. Toh ada banyak nama Ganjar yang lain.

Soal angka tahun 2009 menurut dalih penerbit mestilah dicek kebenarannya. Jangan-jangan cuma alasan untuk berkelit agar persoalan itu tidak panjang berlarut-larut.

*

Untung dan rugi, begitulah dikalkusasi para pengamat maupun peneliti pilitik. Ada pengamat menyebutkan, bahwa peristiwa "tak diundang" justru menguntungkan Ganjar Pranowo. Popularitasnya makin naik. Terlebih bagi warga masyarakat (khusus di Jateng) yang terlanjur berempati/simpati dengan cara kerja dan kebijakan Ganjar sebagai gubernur.

Pengamat lain menyebut, hal itu memunculkan konflik intern yang justru merugikan Partai PDI Perjuangan dalam menghadapi Pilpres 2024. Ya, orang-orang politik tak  jauh-jauh pemikiran dan urusannya selain soal perebutan jabatan meski dibungkus dengan berbagai argumentasi demi bangsa-negara-rakyat.

Rugi, bila memaksanakan Puan Maharani menjadi capres atau cawapres, padahal akseptabilitasnya rendah. Dan rugi sekali bila kader sepotensial Ganjar Pranowo nantinya harus mencari perahu lain untuk memuluskan jalannya menuju Pilpres 2024.

Mungkin ada juga yang berpendapat, peristiwa tak diundangnya Ganjar hanya semacam "settingan" agar media mempunyai bahan liputan yang hangat. Tidak berbeda dengan peristiwa KLB Partai Demokrat beberapa waktu lalu. Ribut-ribut agar jadi viral dan trending topic. Hanya sayangnya, hal itu tidak menjadikan AHY  (Ketum Partai Demokrat) mendapatkan keuntungan dalam peningkatan popularitas serta akseptabilitasnya.

*

Masih teka-teki bagaimana akhir dari drama tak diundangnya Ganjar dalam acara PDI Perjuangan di Kota Semarang. Apakah benar Pak Ganjar tidak pernah bersyukur (seperti teks buku pelajaran), atau sebaliknya tidak pernah mundur (dari ambisi).

Pola hubungan Ganjar sangat berbeda dibandingkan dengan Jokowi. Memang PDI Perjuangan menyediakan perahu saat Pilpres, tetapi pandangan umum menyebutkan Jokowi-lah yang menghidupi/memenangkan PDI perjuangan. Bukan sebaliknya. Ganjar harus berpikir panjang. Bila nekat "mbalelo" (Jw), atau melawan/memberontak dari posisinya sebagai kader, akan buruk sekali namanya. Demikian pun popularitas-akseptabilitas-elektabilitasnya bisa jadi justru makin berkibar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun