Komentator olahraga ada di mana-mana. Bukan hanya yang on air di radio dan televisi, tetapi juga yang off air. Untuk komentator on air jelas kualitas dan kalibernya.Â
Nama-nama beken memandu sebuah pertandingan. Dari mulai bulutangkis (Juni Kartika), sepakbola (Valentino Simanjuntak), hingga tinju (Syamsul Anwar Harahap). Ada nama lain yang melegenda sebagai reporter, pewawancara, maupun reporter olahraga, yaitu Sambas.
Tarkam, Koar-koar
Tapi ada pertandingan yang tak kalah seru, Sebutannya "tarkam", alias antar kampung. Terutama bola voli dan sepakbola. Â Bisa pula pertandingan dalam rangka memeriahkan perayaan 17 Agustus.
"Saksikan, banjirilah, jangan kelewatan. Ayo, emak-emak, bapak dan ibu, tante dan muda-mudi maupun anak-anak semua. Bergegaslah. Segera beradu fisik dan strategi antara kesebelasan sepakbola Kampung Bayem bertemu dengan kesebelasan Kampung Tomat.. . . ." ujar sang komentator ketika penonton belum terlalu banyak berkumpul di lapangan.
Sepakbola tarkam sering diikuti pemain terkenal yang mulai surut pamornya. Bahkan seorang Christian Gonzales untuk mengisi kegiatan selama pandemi korona juga pernah main pada tingkat tarkam.
Dengan bermodalkan speaker yang suaranya lantang-membahana maka penonton terkumpul, riuh-rendah penonton terjelma manakala dua musuh bebuyutan saling bertemu. Â Tak jarang pertandingan itu (baik tarkam maupun acara tujuhbelasan) memunculkan ketegangan, kekonyolan, kelucuan, bahkan perkelahian antar pemain dan supporter.
Pada dua cabang olahraga itu kerap muncul para komentator amatir off air andal. Tak jarang komentator ini para penyiar radio lokal, atau pembawa acara hajatan. Â Mereka ikut meramaikan suasana dengan komentar-komentar menggugah semangat, diselingi aneka opini, dan juga humor.
Bayangkanlah pada pertandingan sepakbola kaum bapak yang mengenakan daster dengan dandanan maupun make-up menor ala perempuan. Komentator tidak terlalu sulit untuk menambah gaduh gelak-tawa, manakala satu-persatu pemain dikomentari pekerjaan, hobi, kebiasaan buruk, maupun ciri fisiknya.
"Pak Darwo yang ngefans berat Luna Maya menggiring bola dengan gaya dengan kaki terpincang-pincang. Mengoper bola melambung, Disambut tandukan kepala Pak Jarmo dan Pak Lukidi yang mengenakan daster kedodoran.. . . . . " teriak komentator yang terduduk manis di atas cabang pohon kelengkeng. "Tapi sayang sekali, Saudara-saudara, pemain dari dua kubu berbeda itu terlalu bersemangat. Tubrukan tak terhindarkan, rambut palsu mereka terpelanting dan jatuh ke dalam selokan. . . . . !" Â
Penonton riuh oleh gelak-tawa. Komentator kita mengambil kesempatan dengan mencomot sepotong pisang goreng. Ia mengunyahnya cepat-cepat sebelum kembali berkoar-koar.