Itulah "wolak-waliking zaman" (Jw), alias silih-bergantinya zaman. Setahun lalu Susi harus lengser karena ada komandan baru akan menempati posnya, dan sang komandan baru dengan jumawa banyak mengkritik kebijakan pendahulunya.
Malang tak bisa ditolak, untung tak dapat diraih. Kini sang komandan hancur lebur, berantakan. Jadinya seperti sebutan para fans Didi Kempot, ambyar, alias berkeping-keping. Sebaliknya sosok Susi Pudjiastuti trending.
*
Benur, Sindir
Benur menjadi salah satu polemik yang dimunculkan Edy. Kebijakan itu sama sekali tidak popular, yang justru berkebalikan dengan kebijakan Susi. Ekspor benur, itu saja pokok soalnya. Dengan berbagai dalih dan argumentasi. Dan belakangan terkuak juga kedok mengapa dan ngapain dengan benur itu. Ternyata, ohh. . . ternyata: "ada benur di balik batu". Lebih tepatnya "ada benur di balik tumpukan uang".
Maka tak segan KPK melakukan tangkap tangan di Bandara Soetta, Cengkareng, Rabu dini hari (25/11/2020). Menjadi lebih dramatis karena kegiatan itu mendapat sebutan sebagai "operasi". Jadilah sebutan "Operasi Tangkap Tangan" (OTT).
Edy Prabowo baru pulang dari luar negerei. Dan di bandara ia ditangkap. Tragis, dramatis, dan mestinya bikin traumatis. Tapi tidak. Dulu pun pernah ada menteri yang terkena peristiwa serupa. Menteri lho, bukan pejabat seringkat provisi, apalagi setingkat kota/kabupaten.
Maka sungguh kelewatan gambar lama Bu Susi, dengan senyum khas, berkacamata kecoklatan, yang duduk di tepi pantai latar-belakang laut di kejauhan, dengan rambut ikal melambai, pakaian sportif kegemarannya, sambil mengangkat cangkir kopi, minuman kegemarannya. Ada yang menambahi (entah siapa) dengan kalimat: "Selamat pagi, Pak Presiden. Ada yang bisa Susi bantu?" Akrab, hangat, penuhkeramahan. Tetapi terasa betul begitu menohok, dan keterlaluan kejam sindiran itu.
Pasti Pak Presiden mestinya tersindir. Kok ada orang macam itu terpilih menjadi bagian dari kabinet periode ke 2 pemerintahannya. Malu, dan hilang muka. Tetapi mestinya yang lebih malu dan hilang muka tak lain pak Menhan: Prabowo Subianto. Sebab ia yang mengajak, mendapuk, dan memberi peran setelah ada kesepakatan dirinya masuk kabinet (entah pembicaraan apa di belakang layar, yang tak diketahui umum).
*
Jumawa, Bandara