Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keikhlasan Kompol Sukiyono, Wakafkan Tanah 1,5 Hektar, dan Santri Pensiunan

7 September 2020   12:09 Diperbarui: 7 September 2020   12:17 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kompol h. sukiyono (tengah) - islamkaffah.id

Banyak hal baik yang kita jumpai sehari-hari. Bertemu langsung, atau melalui orang lain, juga melalui media. Hal baik itu bisa dalam hal-hal kecil saja. Tetapi tidak sedikit yang besar, dan bahkan sangat besar nilainya. Misalnya dalam hal berderma, bersedekah, atau beramal.

Demikianpun kita justru sering mencontoh hal-hal kurang berguna, tidak baik, atau bahkan buruk sama sekali. Begitu rata-rata kita waktu masih muda, belum berpikir panjang, hingga mau cari gampang -- cari senang -- dan cari sensasi. Siapapun mengalami hal itu, termasuk penulis.

Gambaran sederhana, kita kita diajak belajar bersama atau menyelesaikan tugas sekolah; maka gampang saja kita berdalih, mencari-cari alasan untuk menghindar. Tetapi kala diajak untuk pergi ke tempat hiburan: arara musik, bioskop, atau sekadar berjalan-jalan ke mall; betapa cepat kita menyanggupi. Tanpa pikir panjang, seperti spontan.

Nah, itulah refleksi masa tua yang penulis dapatkan dari cerita inspiratif seorang polisi jelang pensiun. Sukiyono, di kepolisian pangkatnya Komisaris. Ia juga sudah bergelar haji. Nama lengkapnya Kompol H. Sukiyono. Ia pernah menjabat sebagai Kasubag Humas Polrestabes Semarang, dan kini dipercaya sebagai Kasubdit II di Direktorat Reserse Narkoba Polda Jateng.

*

Diberitakan media, Kompol Sukiyono mewakafkan tanah seluas hampir 1,5 hektar di Sumurejo Kecamatan Gunungpati Semarang. Tanah tersebut akan dibangun Pondok Pesanten Al Hikmah Nurul Ilmi Semarang yang khusus sebagai tempat belajar ilmu agama para pensiunan.

Tanah seluas itu pastilah besar nilainya. Keikhlasan Kompol Sukiyono tak lain didasari pemahaman mendalam terhadap agama. Mungkin juga kesadaran bahwa selama ini belum cukup banyak amal jariah yang diperbuatnya. Sehingga dengan seketika tergerak hatinya untuk menambal berbagai kekurangan dalam caranya beragama.

Wakaf tanah untuk lembaga pendidikan, terlebih pendidikan agama, tentu dengan harapan besar ada transfer ilmu-pengetahuan bagi para santri. Dan yang unik, santri pondok pesantren yang didirikan di atas tanahnya itu khusus para pensiunan.

Jadi tidak ada urusan dengan rasa malu malu, merasa terlambat dan terlalu tua untuk belajar lagi, merasa tidak mampu lagi berpikir dan menghafal, serta berbagai alasan lain guna menyembunyikan kemalasan-keengganan dan merasa cukup.

*

Kesadaran lain mungkin muncul, tidak sedikit para pensiunan yang bekal agama mereka minim dan tidak memadai untuk bekal ke akhirat. Kesibukan dan prioritas kerja, lokasi kedinasan terpencil dan berpindah-pindah, dan masih rendahnya kesadaran untuk beragama secara kaffah kerap menjadi penyebab. Demi tugas tanpa sadar mengesampingkan kegiatan ibadah maupun menambah ilmu-pengetahuan agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun