Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adu Akting yang Dimenangkan Si Penipu, Butet, dan Melia Wahyuni

25 Juni 2020   17:41 Diperbarui: 25 Juni 2020   17:38 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tertipu itu malu, jelas. Beda-beda tipis dengan "kena prank".  Agak mirip dengan acaranya Pandji Pragiwaksono pada satu stasiun tv swasta "Kena Deh".

Tidak ada orang yang suka mengobral kisah ketertipuannya. Itu juga alasan mengapa banyak orang yang lebih suka memendam sendiri. Menyembunyikannya rapat-rapat. Banyak kriminal yang mengancam akan mempermalukan korban (mengobral hal memalukan pada korban) jika tidak menuruti kemauannya.

Tetapi proses malu kerap tak terduga. Dan sungguh-sungguh tak dinyana, diluar dugaan, tak terpikirkan sama sekali bakal seperti itu jadinya.

Itulah yang dialami seorang pekerja seni, penulis, budayawan, aktor dan raja monolog. Butet Kartaredjasa (nama lengkapnya Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa). Ia putera budayawan/maestro tari/koreografi kondang Bagong Kussudiardja alm. Kejadiannya seminggu lalu (16/6/2020). Ia kalah akting dengan seorang penipu. Bukan aktor atau aktris,  bukan pula dramawan atau pemain sinetron andal. Tetapi pemain watak dengan bakal alam yang besar. Yang jelas Butet kalah akting.

Perempuan itu bernama Melia Wahyuni (nama yang tertera pada KTP-nya, 33 tahun). Penipu itu jelas lebih mumpuni (dalam hal akting untuk menipu) dibandingkan dengan Butet.  Entah Melia belajar di mana, berguru kepada siapa, dan sudah berapa banyak korban dipecundanginya. Tapi ternyata bukan orang-orang sembarangan pernah menjadi korbannya.

Barangkali Melia punya keyakinan besar bahwa orang-orang besar (baca: nama, prestasi, popularitas, jabatan) memang gampang percaya, trenyuh, jatuh kasihan, dan akhirnya mudah terbujuk. 

Meski malu, dan tentu geli bercampur marah, Butet Kertaredjasa pun mesti ikhlas untuk menyumbangkan kisah ketertipuannya untuk "dikonsumsi" banyak orang.

*

Awalnya Butet Kartaredjasa memposting tulisan di Facebook-nya dengan judul "Tamu Pertanda". Ada nuansa keheranan dan keterkejutan, bahkan setengan tidak percaya hal itu terjadi, dan disematkan pada judul itu. Yiga kalimat awalnya begini:

"Lelakon apa ini? Kok rasanya ganjil. Semalam saya posting foto lawas mangkatnya tokoh besar, eh pagi ini kedatangan tamu, bukan tokoh besar. Dia datang dari Jakarta dan sedang menyiapkan diri untuk "kematiannya"."

Mohon dimengerti, kondisi tamu yang datang berada pada ambang kematian. Menyedihkan sekali. Penyakit yang menjadikannya tahu persis umurnya tidak panjang lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun