Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tahukah Tuan, ke Arah Mana Jalan Pulang?

22 Juni 2020   13:18 Diperbarui: 22 Juni 2020   13:26 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bertanya?"

"Ya. Satu pertanyaan. Mudah-mudahan jawab yang Tuan miliki memuaskan rasa penasaran saya. . . .!"

Ia tak meneruskan bicara sebab saya menoleh ke tempat lain. Berpikir keras untuk tidak diganggu, dan pergi. Saya khawatir perempuan cari-cari masalah, lalu memeras atau menipu. Atau, paling parah dengan berbagai dalih minta saya menikahinya.

Perempuan itu bergeser hingga kembali tepat di depan saya.

"Siapa nama Tuan?"

"Jalinus. Tuan Jalinus. Cepatlah ajukan pertanyaanmu, Nona Ana. . .!"

Ia tidak menjawab, tetapi menarik lengan saya. Lebih tepatnya menyeret agar mengikuti langkahnya. Saya tidak sempat bicara lagi. Kami menyusuri trotoar pusat kota. Berjalan beberapa menit. Lalu melewati pintu kaca, dan masuk ke sebuah restoran Korea.

"Halal 'kan?" tanya saya.

Ia berhenti melangkah dan menjelaskan. "Halal. Ada rekomendari dari majelis ulama. Saya langganan restoran ini. Masakannya enak, suasananya sejuk dan nyaman. Kita bica berbincang panjang di sini. Saya yang bayar, jangan khawatir. Saya hanya ingin Tuan Jalinus menjawab. Setelah itu kita berpisah, dan mungkin tidak akan bertemu lagi."

Saya mengangguk. Dan tersenyum saja. Ia tampak puas sebab melihat saya tidak terburu-buru ingin pergi.

Kami mendapatkan meja di dekat jendela. Pamandangan ke taman hijau dan beberapa jenis kembang ada di sana. Sejuk memang suasananya. Aroma masakan meningkahi harum parfum. Dan tiba-tiba saya menyesal telah melupakan sesuatu. Ya, gigi palsu saya tertinggal di rumah. Saya berpikir untuk pesan makanan tidak perlu berat-berat mengunyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun