Jangan paksa aku melagu sunyi
tanpa kata menyusut, pada ombak kecil menyela pantai
lekat di telinga, desir pasir, sayup
asin kehidupan segenap luka terbalut, tak terbagi
Lagu lama menempel di sisi dinding dan kaca
tinggal kau ketuk, lalu raih nadanya
langit merendah, suara riuh bersama gerimis
seperti kita, air mata jatuh, senja menepis
Sekemirung, 1 Mei 2020
*
Di meja kayu di antara bangku-bangku
cangkir kopi kosong sejak setahun lalu
tak bersisa apapun selain noda hitam
yang lekat di lubang hidung
lelaki tua yang termangu
dengan hati sepekat kopi tak terseduh.
Ini kopi para pendaki
di kaki bukit, irama nafas, di pundak ketinggian
aromamu tak sudah menekuri tepian
gapai hati berbilang jarak
terlalu dekat pada jejak rawan terserak
Pada pekat tetes kopi terakhir
terlacak kamu, menulisi larik berakhir
sebelum puncak.
Cibaduyut, Des 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H