Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Melagu Sunyi, dan Kopi Para Pendaki

4 Mei 2020   22:19 Diperbarui: 5 Mei 2020   13:50 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sebuah gitar akustik - www.wallpaperflare.com

Melagu Sunyi

Jangan paksa aku melagu sunyi
tanpa kata menyusut, pada ombak kecil menyela pantai
lekat di telinga, desir pasir, sayup
asin kehidupan segenap luka terbalut, tak terbagi

Lagu lama menempel di sisi dinding dan kaca
tinggal kau ketuk, lalu raih nadanya
langit merendah, suara riuh bersama gerimis
seperti kita, air mata jatuh, senja menepis

Sekemirung, 1 Mei 2020

*

Kopi Para Pendaki

Di meja kayu di antara bangku-bangku
cangkir kopi kosong sejak setahun lalu
tak bersisa apapun selain noda hitam
yang lekat di lubang hidung
lelaki tua yang termangu
dengan hati sepekat kopi tak terseduh.

Ini kopi para pendaki
di kaki bukit, irama nafas, di pundak ketinggian
aromamu tak sudah menekuri tepian
gapai hati berbilang jarak
terlalu dekat pada jejak rawan terserak

Pada pekat tetes kopi terakhir
terlacak kamu, menulisi larik berakhir
sebelum puncak.

Cibaduyut, Des 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun