Sebagian besar kawasan Bandung merupakan perbukitan. Banyak lereng dan lembah, dan di dasarnya ada aliran sungai. Bila dulu kawasan demikian sangat baik untuk hutan dan tanah pertanian, kini fungsinya telah beralih menjadi pemukiman dan berbagai kegunaan lain.
Pemukiman dan prasarana lain menggunakan tanah apa saja. Lereng dan tebing sudah banyak disulap menjadi pemukiman, dari yang berimpitan dan saling berdesakan, hingga yang mewah dan mentereng. View yang indah pada awalnya lama-kelamaan menjadi tak indah lagi. Sebab sawah-ladang dan hutan makin sedikit.
Bersamaan dengan adanya pemukiman, maka ada pula pemakaman. Mukim dan makam tumbuh bersamaan. Ketika penduduk makin banyak, makin padat warganya; maka demikian pula kondisi makam. Ketika pemukiman berdesakan makin padat, tidak berbeda pula dengan pemakamannya. Itulah sebabnya kawasan pemakaman yang semula ideal, tiba-tiba menjadi memprihatinkan. Sebab pada sisa-sisa tanah masih juga dimanfaatkan.
Bila pemukiman orang dibuat talut atau tanggul kokoh agar tidak longsor. Untuk makam agaknya kurang diperhatikan. Orang-orang yang sudah meninggal tentu saja tidak bisa protes. Mereka yang mestinya sudah tenang di alamnya harus mengalami hal-hal yang menyedihkan: dibongkar makamnya oleh longsor, di jatuhkan ke sungai, lalu dihanyutkan banjir.
*
Itulah kejadian yang menimpa sejumlah jenazah yang dimakamkan di TPU Cikutra, Kelurahan Sukanegla Kecamatan Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Jumat malam.
Sebagian kawasan TPU Cikutra berada sisi di tebing Sungai Cidurian, yang merupakan anak Sungai Citarum. Hujan lebat cukup lama pada Jumat malam menyebabkan air meluap. Hujan lebat pula yang menyebabkan tebing di TPU itu longsor. Â Kejadian berlangsung Jumat (1/5/2020), pukul 22.30 WIB di Blok F, dan Sabtu (2/5/2020) pukul 2.00 dini hari di Blok G.Â
Menurut penuturan warga sekitar, tebing di sana sudah dua kali longsor. Kali ini belum sempat dibuat talud/penahan tebing kembali. .
Hal- hal itu yang menyebabkan makam longsor, belasan jenazah di TPU Cikutra tak lagi berbalut tanah, jatuh dari ketinggian sekitar 8 meter. Bahkan sebagian jenazah hanyut di sungai yang saat itu sedang meluap. Ada 11 jenazah dapat dievakuasi, satu jenazah hanyut sampai 2 kilometer dari tempat longsor, dan baru ditemukan siangnya. Jenazah itu ditemukan di kawasan Cipada, sudah dievakuasi oleh petugas UPT Wilayah 3 Dinas Penataan Ruang Kota Bandung, dan langsung dimakamkan kembali.
*
Hujan deras, banjir, longsor, dan berbagai hal yang merugikan menandai suatu kewasan yang semakin padat oleh hunian manusia. Kota-kota besar mengalami hal seperti itu.Harga tanah makin mahal dan makin sulit dicari, bukan saja untuk pemukiman tetapi juga untuk pemakaman. Maka alangkah bijak bila makam dibuka di kawasan-kawasan di luar kota, di tanah yang tidak produktif, tetapi tidak terganggu oleh kemungkinan longsor seperti peristiwa di atas.