Virus Corona membawa banyak cerita. Dan memang sekaranglah waktunya untuk bicara, apa saja, mungkin sekadar untuk merintang-rintang waktu sebab "keharusan" berlaku serempak setiap warga pada ratusan negara di seluruh dunia, yaitu "di rumah aja".
Corona adalah nama virus. Sedangkan penyakit yang ditimbulkannya disebut Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, disingkat WHO) secara resmi memberi nama pada penyakit yang pertama kali dideteksi di Wuhan, China, 31 Desember 2019 itu.
Sebelum ada nama resmi penyakit orang biasa menyebutnya dengan "penyakit akibat terinveksi/tertular/terpapar virus corona. Dan sekarang menjadi jelas beda penamaannya. Kalau disebut Corona itu nama virusnya, kalau disebut Covid-19 berarti nama penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Jangan tertukar, jangan bingung.
Nah, sekarang beralih pada dampak. Banyak, besar, dan luar biasa. Itu kalau menyebut tentang dampak dan akibat adanya penyebaran virus corona. Orang positif Covid 19 terus bertambah setiap hari, demikian pula yang meninggal dunia.
Hari Kamis (8/4/2020) tercatat 2.956 kasus (bertambah 218 kasus), 2.494 orang dirawat, 240 orang meninggal, dan 222 orang sembuh.
*
Kalau bukan karena virus corona belum tentu kita sanggup "di rumah aja". Kata sanggup itu harus didampingkan dengan kata lain, yaitu kesadaran, kesabaran, dan harapan. Kesadaran harus ditumbuhkan karena virus corona terbukti cepat dan mudah menyebar, hingga dalam waktu singkat warga lebih dari seratus negara tertular.
Kesabaran dipertinggi karena tidak ada pilihan lain. Sabar untuk berdiam diri di rumah, menunggu entah sampai kapan keadaan itu berakhir. Sambil menunggu harus pula rajin cuci tangan dengan sabun atau sanitizer, menjaga jarak aman dengan orang lain (bahkan keluarga sendiri bila dicurigai telah berdekatan dengan orang lain tidak diketahui kondisinya tertular tidaknya dengan virus corona), juga terus di rumah (berusaha sekuat tenaga sama sekali tidak ke luar lingkungan rumah). Kerumunan menjadi pantangan untuk dimasuki.Â
Sebenarnya kecanggihan teknologi informasi  sudah dapat menggantikan aktivitas sosial. Tetapi tanpa ketemu langsung sering dirasa kurang afdol. Itu sebabnya karantina atau isolasi mandiri dirasa tidak mudah, terlebih jika waktunya tidak diketahui sampai kapan. Perlu kesabaran.
Satu lagi, yaitu harapan. Mudah-mudahan pandemik virus corona segera berlalu. Harapan disertai doa dan tawakal. Â Ada yang optimistis menyebut 1 bulan, ada pula yang 3 bulan, atau 6 bulan, bahkan 1 tahun penyebaran virus corona baru berhenti.
Karena secara global aktivitas ekonomi nyarus berhenti maka tidak ada bisnis yang tidak merugi. Terkecuali industri yang bergerak dalam peralatan medis yang terkait dengan penanganan pasien Covid-19.