Biasanya pasien rumah sakit kabur lantaran takut bertanggujawab atas biaya yang harus ia bayar. Kabur untuk menghilangkan jejak. Mungkin karena tidak punya cukup uang untuk membayar.
Ada pasien yang kabur dari ruang isolasi karena takut tertular virus Corona. Mungkin pengawasan yang kurang, kurang ketat, kurang pengawasan. Atau, karena lihainya si pasien meloloskan diri. Namun, itulah yang benar-benar terjadi.
Diberita sebuah media: seorang pasien positif Covid-19 kabur dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta Timur. Juru bicara (Jubir) RSUP Persahabatan Erlina Burhan menjelaskan ada satu orang yang telah dinyatakan positif virus Corona atau Covid-19 oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta keluar dari ruang isolasi tanpa izin tim medis.
Diberitakan lebih lanjut, ruangan isolasi memang tidak dikunci. Dan si pasien ternyata sudah mengkomunikasikan rencananya dengan keluarga. Terbukti keluarga menjemput dan membantu proses pelarian.
Meski sempat menghebohkan, si pasien bukan narapidana kejahatan. Tetapi dibandingkan kriminal, sama-sama membahayakan.Kriminal yang kabur membahayakan warga masyarakat dari kemungkinan melakukan kejahatan selama pelarian maupun persembunyian. Penjahat dapat melukai, meneror, dan bahkan membunuh.
Sedangkan pelarian pasien poiitif mengidap virus Corona dapat menulari orang lain. Bukan hanya satu atau dua orang dapat tertular, melainkan banyak orang sekligus. Siapapun yang berdekatan dengannya (dalam waktu cukup lama, close contact) selama kabur itu.
Beruntung tak lama kemudian si pasien ditemukan, dan diantarkan petugas Dinas Kesehatan kembali ke rumah sakit. Menurut pengakuan, pasien melarikan diri karena tak ingin satu dalam satu kamar  perawatan (yang ditempatinya) diisi lebih dari satu orang.
Pihak rumah sakit menyatakan tidak mungkin menyatukan pasien dengan kondisi yang berbeda, antara yang positif dengan yang negatif tertular virus Corona. Â
*
Peristiwa di atas mengharuskan setiap rumah sakit yang mengisolasi pasien positif virus Corona bertindak lebih ketat. Bukan saja dari segi pengawasan, tetapi yang terutama yaitu memberi pengertian kepada si pasien bahwa ia berpotensi besar menularkan virus berbahaya itu. Pasien kabur tentu melakukan  kontak dalam waktu relatif lama dengan anggota keluarga (di dalam mobil, di dalam kamar dan rumah) maka merekalah kemungkinan besar tertular.
Tidak ada orang sakit yang dengan sadar dan sengaja ingin menularkan penyakitnya kepada keluarga dan oang-orang terdekat lainnya. Bahkan tidak mau juga menularkan kepada orang lain. Dukungan kesadaran pasien sangat penting.