Bulan Ramadan 1441 Hijriah tinggal menghitung hari. Di tengah situasi tak menentu karena wabah virus corona (Covid-19), dan ditambah lagi dengan wabah demam berdarah, yang harus diantisipasi dengan berbagai cara; persiapan jelang Ramadan tidak boleh diabaikan. Salah satunya menyiapkan dakwah sejuk yang dibawakan para dai yang kompeten.
Soal seleksi untuk meningkatkan kompetensi dai (khususnya khotib mimbar Jumat) ada yang menyebutnya sebagai tidak perlu, berlebih-lebihan, dan ada upaya membatasi. Hal terakhir itu bernuansa kecurigaan dan prasangka buruk.
Itu sebabnya rencana Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah bersinergi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah menyiapkan program siaran dakwah ramadan bernuansa sejuk dan mencerahkan di tengah dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tujuan kegiatan tersebut untuk mendapatkan bahan siaran (radio, televisi, dan media online) yang dapat menebalkan iman taqwa khalayak muslim para media yang bersangkutan. Selain itu yang tak kalah penting juga ikut menjaga  persatuan dan kesatuan umat.
*
Khalayak Media
Khalayak media elektronik (dalam hal ini pendengar dan penonton/pemirsa, audience) terdiri dari berbagai aliran keagamaan, tingkat pemahaman berbeda, serta yang yang terbanyak merupakan awam. Bukan tidak mungkin ceramah agama Islam disimak oleh penganut agama lain.
Itu sebabnya para dai (ustadz, kyai, ajengan, guru agama) harus arif dalam membawakan materi siarannya. Mereka yang memiliki aliran kegamaan tertentu mestinya menyesuaikan diri dengan khalayak yang dihadapinya, yaitu awam, umum, dan heterogen.Â
Sehingga materi agama yang disampaikan pun, tetap bernas-komplit-aktual-menarik, tanpa perlu banyak mengupas aneka pertentangan dan perbedaan yang ada, melainkan justru mengangkat sisi persamaan.
Hal yang sangat penting lagi yaitu tidak membawakan hal-hal yang sangat pelik di media umum, agar tidak menimbulkan pertentangan, salah paham, konflik, dan perpecahan. Beda pilihan pada pilpres dan pilkada sudah membuat perpecahan, karena itu Ramadan harus dijadikan momentum untuk merajut kembali silang-sengketa urusan duniawi dan rebutan jabatan segelintir elite politik tingkat nasional maupun daerah itu.Â
Mengenai keahlian para dai tentang dakwah maupun khotbah yang mereka bawakan tidak perlu dipertanyakan lagi. Mereka memberi nasihat sesuai dengan syarat dan rukunnya. Namun, tidak salah bila upaya meningkatkan kompetensi terus ditingkatkan. Jangan sampai dakwah disampai oleh dai yang derajat keilmuan dan/atau kondisi kesehatannya tidak memadai.