Dulu, tahun 1970 hingga 1980-an, pilihan tontonan tidak sebanyak sekarang. Terlebih pilihan tontonan di layar kaca. Itu sebabnya karnaval menjadi salah satu yang favorit, yang ditunggu, dan ramai diperbincangkan sesudahnya. Penulis ingat ketika masa sekolah menengah hingga perguruan tinggi di Yogya, pada berbagai event di Jalan Malioboro menjadi ajang karnaval.
Tentu ide dari sana pula yang mendorong seorang penulis cerpen Seno Gumira Ajidarma menyusun cerita berjudul "Karnaval". Cerpen itu bersama sejumlah cerita lain kemudian dibukukan dengan judul "Iblis Tak Pernah Mati".
Di sana diceritakan di tengah keramaian rombongan karnaval seorang anak kecil yang terlepas dari pegangan orang tuanya. Dalam kondisi berdesakan si anak terpisah dari ibunya. Entah mengapa anak itu  memilih mengikuti ke mana peserta karnaval berjalan.
Ajaibnya, mereka  berkelana melewati kota besar, padang pasir, hingga ladang pembantaian. Gagasan absurd cerpen tersebut boleh jadi diilhami (salah satunya) oleh pengalamannya menonton karnaval seni-budaya maupun perayaan Cap Go Meh.
*
Cap Go Meh, ihwal apakah itu? Cap Go Meh merupakan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia.
Kemarin, tepatnya tanggal 8 Februari 2020, warga etnis Tionghoa mengadakan perayaan Cap Go Meh. Tiga suku kata itu: sepuluh (cap), lima (go), malam (meh); dimaksudkan perayaan malam ke 15 setelah tahun baru Imlek.
Cap Go Meh merupakan pesta besar warga Tionghoa yang bertujuan memberi hiburan kepada seluruh warganya dan warga sekitar dengan menonton berbagai pertunjukan, yaitu barongsai, liong, dan indahnya ratusan cahaya lampion.
Ada cerita dibalik itu, cerita dari negeri China. Asal usul Cap Go Meh bermula dari seorang gadis bernama Guan Siau (Yuan Xiao Jie) pada pada Dinasti Han (206 SM-220 M)
Saat perayaan Cap Go Meh diadakan acara gotong Toapekong ke jalan raya yang diiringi barongsai dan liong. Toapekong adalah patung dewa dewi yang berada di kelenteng. Konon tujuan gotong Toapekong ke jalan raya untuk menolak bala di setiap jalan yang dilaluinya. Sumber 1
Selain Barongsai dan Liong, ada pula atraksi  menyeramkan, yaitu Tatung. Nama lain Tatung, adalah Lok Tung, Tang Sin, Tangki, atau Laoya.