Puji syukur kepada Allah, salam dan salawat kepada Rasulullah, Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah hari ini kita masih diberi umur dan kesehatan sehingga dapat hadir pada salat subuh berjamaah ini. Rasa syukur masih punya waktu untuk mendengarkan ceramah singkat dari Takmir Masjid, yang mengingatkan kita arti penting persahabatan dengan dilandasi kesamaan niat dan semangat dalam memakmurkan masjid.
Selalu ada hari terakhir, hari ketika segala sesuatu segera usai. Hari untuk mengenang suka-duka dan pengalaman yang tak terlupakan, dan mungkin menjadi hal terakhir pula di dunia ini.
Terakhir berarti juga perpisahan. Â Rasa sedih membayangkan bakal berpisah bukan hanya dengan orang-orangnya, kebersamaan dan suasananya, tetapi juga dengan semangat kebaikan dan harapan yang mestinya bisa lebih baik lagi. Ramadan akan segera berlalu, Ramadan berikutnya belum tentu bisa bertemu.
*
Itulah ceramah seorang Takmir di Masjid Al Fatah. Sebuah ceramah singkat, yang biasa dinamai kultum, pada Subuh hari Selasa (4/6/2019) hari terakhir bulan pada suci Ramadan 1440 Hijriah ini.
Pak Ustadz memulai uraiannya dengan menyitir sebuah kisah lama  yang meriwayatkan satu kondisi kelak di alam akhirat. Dikisahkan, ada seorang penghuni yang bingung dan heran sebab ada seorang temannya dalam beribadah dan bermuamalah semasa di dunia ternyata justru masuk ke neraka.
Singkat cerita, penduduk surga itu bertanya kepada Allah mengapa seorang temannya tidak masuk surga.
Jawab atas pertanyaan demikian Allah menyuruh si penduduk surga mengunjungi temannya di neraka. Tetapi ia tidak bisa masuk karena tempatnya memang tidak di sana. Â untuk masuk surga. (ada versi lain di www.masjidnusantara.org)**
*
Ada hikmah di balik itu. Hikmah di dunia, berteman dengan orang baik --dalam hal ini di likungan masjid- itu sangmat baik. Karena itu harus dijaga, dirawat, dan terus dipelihara sampai ajal tiba. Gunanya banyak: selain untuk saling menasihati dan mengingatkan, juga untuk mendorong dan mendukung kebaikan, amar makruf nahi munkar.