Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Tiga Peran Berbeda Ketika Ngabuburit dan Buka Bersama

25 Mei 2019   00:08 Diperbarui: 25 Mei 2019   00:08 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ngabuburit di alun-alun bandung

Apakah yang bisa dibanggakan dari seorang pedagang asong? Tidak banyak, bahkan tidak ada. tetpi ketika ada orang yang memperhatikan, siapapun itu, bangga juga sebetulnya. "Mang, rokok dua batang. .  .!" bangga juga dengan panggilan itu. Tapi buntutnya jadi kurang sreg. Ketia dua batang rokok kuserahkan, ia bilang dengan enteng. "Uangnya nanti, ya? Langganan 'kan? Jangan khawatir. Tarikan hari ini mudah-mudahan banyak. Nuhun. . . .!"

Dan angkot itu melaju. Aku hanya bisa memandang dengan tatapan kosong. Lebaran tinggal dekat lagi. tabungan belum memadai untuk dibawa pulang. Eh, orang ngutang melulu yang ada.   

Bruntung hari ini ada yang mengundang untuk berbuka puasa. Kami par pedagang asonganj, anak jalanan, dan para pemulung diundang Satlantas Polres Tangerang Selatan. Kata Pak Polisi, Jumat (10/5/2019). Kegiatan ini dalam rangkaian dengan Operasi Keselamatan Jaya 2019 di sana.

wartakota.tribunnews.com

Pakaian apa yang kupakai?  Ya, pakaian dinas sehari-hari. .. hehe. Itu bukan berarti pakaian seragam. Tapi pakaian ala kadarnya untuk penutup tubuh dari panas terik di tengah jalan, tapi kain, kaos oblong engan panjng. Dan sepatu kain butut. Dan sebagaimana pengasong lain, kardus berisi dagangan tak pernah lepas dari tubuhku.  

pedagang asongan berdasi kupu-kupu di brazil
pedagang asongan berdasi kupu-kupu di brazil
Ohh, tidak. Mendadak aku jadi seorang  Ailton Manuel da Silva. Penemapilan seperti pramusaji biasa, dengan mengenakan pakaian seperti staf di kafe atau restoran. Tapi aku menjajakan minuman dan aneka camilan di jalanan.  Orang menyebutkan seorang "traffic waiter" di Recife, Brazil food.detik.com

Hidup tidak selalu seperti apa yang kita mau.  Kalau saja boleh memilih, tapi tidak, tidak boleh. Maka kubayangkan diriku menjasi seorang tuna netra. Gelap sekeliling, anpa seberkas sinar pun. Namun jlan hidupku tidak harus gelap.

Maka meski malu dan rendah diri, aku bersama teman-teman lain berupaya move on. Ramadan menjadi momentum terbaik untuk belajar ilmu agama. Membaca hurfuf hijaiyah, atau huruf Arb, menjadi modal untuk mampu membaca, dan kelak mampu memahami isi kandungan kita suci umat Islam itu.

Maka smbit menunggu waktu Maghrib, kami berljar membafa Al Qur'an dengan huruf braille di mushola Baitul Muttaqin Yayasan Kepedulian Tuna Indra Banyuwangi Selasa (29/5/2018). Acara tersebut digagas oleh Yayasan Aura Lentera untuk mengajari para penyandang tunanetra yang masih belum bisa membaca Al Quran braille.

para tuna netra belajar al Qur'an huruf braille
para tuna netra belajar al Qur'an huruf braille
 Ah ya. soal pakaian apa yangkami kenakan tidak penting betul. Yn gperlint menutupi aurat, rapi, dan enak dipandang. . . . ehh, maksudku enak dikenakan. Di dunia kami tidak ada acara pandang-pandangan, apalagi cinta dalam pandangan pertama.  

Kami memulai dengan membiasakan diri mendengarkan suara bacaan Al Quran yang direkam.  Ada guru ngaji yang juga tunanetra yang kami panggil untuk ngajari.  regional.kompas.com/read

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun