Jum'at selalu berarti sabar bagiku, sebab di sana waktu menyeret-nyeret langkah dengan lelah melintasi subuh maghrib kemarin hingga maghrib nanti dengan berkah. Namun bukankah setiap detiknya dzikir, tadarus, bahkan untaian pikir yang menandai gerak nafas dilandasi kepasrahan hati menggapai Ilahi. Suka aku bila pun tiap hari hanya Jum'at, agar makin dekat, jalan makin lurus, goda tak terasa untuk dengan mudah menyiasatinya.
Maka dimana aku harus menaruh diri ini ketika Jum'at tiba-tiba berkunjung seperti ketiba-tibaan akan semua yang tidak diketahui kapan tibanya. Menunggu sudah pasti, ada yang bakal datang yang sebenarnnya tidak dinanti, dan lebih suka diabaikan kapanpun ia akan mengetuk pintu kehadiran: waktu yang bergulir sampai titik henti. Kurawat harap lusuh yang terus mengikuti, mencandai, merintang-rintang kata, meliar-liarkan imaji untuk banyak hal yang justru tak bermakna sama sekali.
Maka kiranya inilah hari itu, Jum'at selalu berarti debar cara mengurai betapa kadang bosan terus hadir, namun tak mau tamasya segera berakhir. Padanya burung-burung liar mengepakkan sayap terbang mengitari rumpun bunga, lalu kupu-kupu menjauh merasa terganggu. Sedang lebah mendengung dengan kawanannya, mengancam hendak mogok kerja atas kewajibannya membantu penyerbukan. Dan ulat bulu, juga burung kolibri, hingga elang besar yang menurunkan paruhnya untuk mangsa yang sudah ditunggu para bayinya. Jum'at selalu tentang banyak hal yang mestinya tidak diabaikan untuk dimengerti rahasia peran dan pentingnya.
Sudahkah jelas yang kumaksud dengan Jum'at? Ya, Jum'at. Hari ini menandai Jum'at yang berbeda dibandingkan Jum'at lalu, dan Jum'at sebelumnya. Jum'at selalu malu untuk merasa diri penting. Ia tidak berbeda dengan kearifan yang mestinya terus dipupuk menjadi sarana berkaca, berbicara terbuka, mengeja cuaca, merapal harap, menderas nyanyian hitam-putih, untuk akhirnya sampai pada hakikat lafal yang sesungguhnya. Jum'at kelak akan membayar tunai sesiapa yang menganggapnya sebagai kesempatan untuk mengubah diri memanusia seutuhnya.
Jum'at itu sabar, dan disebaliknya ada peta-peta yang hampir memudar namun jelas arah berbalik, memutar, hingga tujuannya makin jelas, makin pasti. Jum'at hanya satu cara dari beribu laku yang tidak banyak orang tahu bagimana cara menggenggamnya dengan perasaan  takjub, menunggu dengan sabar bila kelak akhirnya bertemu.
Sekemirung, 12 Okt. -- 17 Nov. 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H