Evaluasi harus terus dilakukan agar Timnas Indonesia U-18 dapat menaklukan Timnas Thailand. Kesiapan fisik dan mental harus terus digenjot, selain penerapan strategi terbaik dalam menentukan susunan pamain stater dan cadangan, dan berbagai hal lain. Rencana pertandingan dilakukan Jumat sore ini (15/9/2017).
Pertandingan Timnas Indonesia U-19 melawan Timnas Brunei dalam babak penyisihan Grup B Piala AFF U-18 di Stadion Thuwunna, Yangon, Rabu (13/9), merupakan sebuah keberuntungan beruntun. Pertama, semangat juang tinggi pada babak pertama memungkinkan gol yang dilesakkan Timnas Indonesia begitu subur yaitu 8 gol tanpa balas. Kalau saja beberapa kelengahan yang terjadi sehingga Timnas Brunei mampu menjebol satu gol saja ke gawang Timnas Indonesia, ceritanya bakal lain sama sekali.
Kedua, gaya bermain Timnas Brunei cenderung tidak ngotot dan jauh dari upaya mencederai. Ini dapat dibandingkan dengan permainan Timnas Vietnam pada laga sebelumnya. Beberapa pemain Timnas Indonesia bertumbangan, termasuk -langsung maupun tidak langsung- kiper Riyandi harus digotong keluar karena cidera oleh pressing lawan.
Ketiga, skill dan mental pemain Timnas Indonesia memang lebih unggul, dapat mengoptimalkan serangan. Demikianpun tampak masih kurang efektif karena banyak peluang yang terbuang sia-sia. Salah satu penyebabnya, beberapa passing yang tidak akurat (bola terlalu jauh dari pemain yang hendak diberi umpan), pamain kurang tenang dan kurang akurat dalam eksekusi ke gawang, serta pemain bersikap egois mau menandeng sendiri ke arah gawang padahal ada teman yang minta bola dalam posisi lebih baik/bebas untuk melesakkan si kulit bundar ke gawang lawan.
Serangan Balik, Strategi
Menang tipis Timnas Indonesia atas Timnas Myanmar, dan kekalahan dari Timnas Vietnam, tentu menjadi evaluasi mendalam agar tidak terulang pada pertandaingan melawan Timnas Thailand.
Ketika menghadapi Timnas Myanmar, permainan cepat memberi dua pilihan. Pertama, pertahanan sendiri cenderung longgar sehingga serangan balik cepat (setelah sebelumnya cukup mendominasi permaian) memberi peluang lawan mencetak gol) membuahkan gol. Namun dengan bermain cepat pula, terjadi adu ketahanan fisik yang menyebabkan para pemain Myanmar kedodoran. Pada saat itu gol demi gol balasan Timnas Indonesia tercipta, dua gol pun terjadi.
Ketika melawan Timnas Vietnam agaknya pemain kita tidak cepat mencari jalan keluar atas kebuntuan serangan. Beberapa kali pemain Vietnam mampu menerobos masuk ke daerah pertahanan Indonesia. Ketika gagal, para pemain segera kembali ke daerah pertahanan sendiri dengan cepat dan memberi man-marking rapat.
Pada saat itu sebaliknya pemain kita asyik bermain-main bola di daerah sendiri, umpan ke kanan lalu ke kiri, lalu balik lagi kanan dan kiri, kesannya membuang-buang waktu. Tentu saja pemain lawan sudah cukup rapat menjaga gawang, dan bahkan cukup beristirahat untuk kembali melakukan serangan balik. Begitu Indonesia menyerang dan gagal, secepat itu Vietnam melakukan serangan balik. Pertahanan Indonesia kocar-kacir (sebagian pemain belum kembali ke posisi masing-masing). Terjadinya gol tinggal menunggu waktu, dan tiga gol pun tercipta. Â
Hal kedua, marking terhadap Egy sebagai penyerang sangat ketat. Mestinya alur serangan dialihkan pada pemain lain. Dan ketiga, pemain Vietnam bermain ngotot dan cenderung mencederai. Dua keuntungan pun mereka dapatkan, emosi pemain meninggi sehingga merusak permainan dan kemungkinan kedua pemain betul-betul cidera sehingga harus diganti pemain lain.
Ngotot, Pelanggaran