Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bocah yang Terbaring

19 Mei 2017   23:28 Diperbarui: 19 Mei 2017   23:59 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ingin menggantikanmu, Nak
terbaring lemah di tempat yang asing
tapi betul tak mungkin.
Kau bocah dua tahun bahkan keras berpaling
wajahmu kau buang entah kemana.
Terasa penuh harap, entah merindu siapa.

Kaos merah yang ibumu bantu
untuk kau kenakan. Kontras dengan putih
kulitmu.  Celana pendek biru, dan sepatu kain
menandaimu dalam perjalanan.
Masih adakah sisa tangis sebuah perpisahan.
Kesedihan apa lagi dapat kutumpahkan

untukmu, Nak. Sedang di tanahmu
bom-bom terus berjatuhan serupa hujan.
Negeri-negeri jauh mengirim dentum
agar kalian terus berbunuhan.
Juga gas kimia, musnahnya kemanusiaan.
Aku ingin menggantikanmu, Nak

terhempas dari perahu yang bertumbangan.
Penumpang berjubel ditikam gelombang
dicecar badai. Di sana, dalam pelarian panjang
pengungsian, tubuh mungilmu tercabik.
Perang mengganas, orang-orang kesurupan.
Tapi masih sempat kau buat selfie berlatar pasir

Pulau Kos dan belaian ombak riang berdesir
mengiris hatiku, Nak.  Bagaimana mesti kulupa
meski dua tahun sudah kisahmu berlalu.
Masih terasa pedihnya hari ini, menyesali
perang sekadar mainan, tak kunjung usai..
Aku ingin menggantikanmu, Nak. Terbaring tenang

merenungi makna kekejian, Suriah, menyebut satu
negara. Compang-camping luka perang saudara
terus berdarah. Aku ingin menggantikanmu, Nak.
Sedang bara  perang terus merambat, begitu cepat.
Kutakut ceritamu tinggal dekat lagi, di sini!
Cibaduyut, 19 Mei 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun