Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Alasan Berdonor, Kesehatan, dan Ajakan

15 Maret 2017   20:59 Diperbarui: 16 Maret 2017   06:00 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendonorkan darah tak lain sebuah tindakan mulia. Saya menggunakan kata ‘terpaksa’ karena memang kondisi isteri yang mengharuskan saya mempunyai pemikiran untuk ganti menolong orang yang membutuhkan darah. Isteri menggunakan darah orang lain yang rela berdonor, maka tidak ada salahnya saya pun bersikap serupa.

Donor membuat saya merasa sehat, ada hal lain yang menguntungkan. Saya setiap berdonor berarti mengecek kondisi kesehatan. Ukurannya sederhana, bila masih diperbolehkan untuk berdonor berarti masih cukup sehat. Sebelum dan sesudah berdonor saya merasa sehat-sehat saja.

Sampai saat ini saya tidak punya keluhan penyakit apapun. Saya tidak merokok, tidak pakai obat-obatan, berpuasa Senin-Kamis, rutin lima kali sehari berjalan ke masjid, dan rutin berolahraga ringan. Satu-atunya yang kurang sehat saya lakukan yaitu minum kopi, tepatnya kopi susu.  Selain itu saya duduk di depan laptop atau menonton televisi. Kegemaran lama tumbuh kembali setelah pensiun: menulis untuk berbagi dan bila mungkin menyebar kebaikan.

Tentu saja umur 60 tahun belum apa-apa. Masih ada 70, 80, bahkan 90. Namun untuk apa umur panjang kalau tidak sehat? Untuk apa umur panjang bila tidak mampu menghilangkan kesia-siaan. Berdonor kiranya menjawab pertanyaan untuk mendapatkan sehat dan menghilangkan kesia-siaan.

Itu saja  yang saya pikirkan hari ini, setelah melakukan donor darah. Dan seperti anjuran PMI saya pun mengajak Bapak – Ibu- Saudara yang memiliki tubuh sehat dan ingin terus sehat: “Mari Berdonor. Mari menolong memreka yang membutuhkan. Mari beramal-saleh dengan modal kesehatan kita. Jangan menunggu ‘dipaksa’ berdonor seperti saya. . . . .!”

Tentu para penerima donor darah tidak mampu mengucapkan terima kasih langsung kepada setiap pendonor. Mungkin saja mereka tereselamatkan jiwanya dengan darah itu. Mungkin saja penerima darah terhindar dari penyakit yang lebih parah. Dan semua itu  insya Allah kelak Tuhanlah yang akan membalasnya.

Setelah delapan tahun isteri berkutat dengan kondisi ketergantungan pada fasilitas HD dan kemudian program Askes untuk mendapatkan fasilitas CAPD, pada pertengahan Desember 2012 dalam usia 47 tahun ia menjemput maut (semoga Allah melapangkan kuburnya, dan menghapus dosa-dosanya, Aamin). Begitu banyak kenangan atas kebaikan dan kesabaran maupun ketabahannya menjalani masa-masa sulit itu, menjadikan saya tidak lagi merasa terpaksa untuk berdonor.

***

Begitu saja. Yang harus diingat niat baik pun ada manfaat dan negatifnya. Manfaat menjadi donor darah yaitu membuat jantung sehat, meningkatkan jumlah sel-sel darah merah, membantu program diet, cek kesehatan gratis, dan menyehatkan jiwa. Namun sisi negatif atau efek sampingnya yaitu menyebabkan tulang keropos (osteoporosis), serta pusing dan mual.   

Mari pertahankan kesehatan dan bobot tubuh kita untuk berdonor, sebelum kita kemungkinan memerlukan donor orang lain. Mari berdonor untuk mengukur kerelaan kita dalam berbagi, untuk menolong orang lain, dan mudah-mudahan benilai ibadah! Wassalam.
Bandung, 15 Maret 2017

Sumber gambar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun