Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Pabrik Kata-Kata, Tanpa Suara, dan Korupsi

31 Oktober 2016   08:24 Diperbarui: 1 November 2016   06:42 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di negeri itu tidak banyak orang yang gemar berbicara, apalagi berghibah. Mereka sadar betul bahwa berbicara menghabiskan banyak energi dan kecerdasan. Banyak berbicara cenderung bohong dan sombong. Berbicara hanya alat untuk menipu dan korupsi. Maka orang cenderung diam dan membisu. Hanya para mandor, komandan, pemimpin dan pengkhotbah yang masih berbicara, itupun sangat hati-hati,  cermat dan terbatas.

Namun. . . . . . ahya, entah kapan pabrik kata-kata itu akan terwujud. Mungkin kelak ketika negeri ini sejahtera karena para koruptornya telah dibebaskan dan diberi jalan lurus ke arah tiang gantung, ke lapangan terbuka untuk pemancungan, atau ke hutan untuk di tembak mati! Tiap koruptor diberi kebebasan terakhir, yaitu kebebasan untuk memilih cara untuk mati: gantung, pancung, atau didor sampai mati! Itulah sebabnya satu-satunya buku yang wajib baca dan terus dicetak ulang puluhan ribu eksemplar kelak berjudul ‘Hindari Bunuh Diri dengan Korupsi!’***
Bandung-Bekasi, November 2014 – Oktober 2016

Sumber gambar

Simak juga cerpen  sebelumnya :

  1. piala-chitra-untuk-mas-joko
  2. pekerja-kantoran-alamat-palsu-dan-pendemo
  3. lelaki-populer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun