Eksekusi mati telah dilakukan, namun pemberitaan tentang keempat terpidana mati itu masih beredar beberapa hari ini. Tiap detil peristiwa sebelum dan sesudah eksekusi coba dikupas dan dimediakan. Termasuk juga pengakuan heboh Freddy Budiman melalui seorang Koordinator dari KontraS Harris Azhar tentang bagaimana kerjasamanya dengan oknum aparat yang mestinya menjadi penegak hukum.
Membeberkan, Pembelajaran
Khusus tentang sosok Freddy Budiman media seolah berlomba-lomba membeberkan dua sisi wajah yang saling bertolak belakang. Sisi negatif, tentang kegilaannya pada wanita, kemampuannya membujuk dan bekerjasama dengan oknum, Â kenekatannya untuk terus bertindak sebagai bandar meski berada dibalik terali besi. Sisi positif, konon telah bertobat, melakukan perilaku sangat agamis sebagai muslim (bermuasa Daud, sholat tepat waktu, berdzikir, taubatan nasuha, dua tanda menghitam di dahi karena sujud, dan mungkin banyak amalan lain).
Bahkan menjelang penguburannyapun muncul dua sisi, satu tentang lubang kubur yang tergenang air (memperlihatkan awal adanya siksa kubur), dan sisi lain banyaknya jumlah pelayat yang datang entah sekadar penonton atau apa (yang menandai banyak pula yang mendoakan).
Pemberitaan itu bertebaran dan seolah saling berebut pengaruh wajah apa sebenarnya yang terdapat dalam diri seorang Freddy Budiman hingga akhir hayatnya itu. Khalayak pembaca, pendengar, dan penonton boleh mengambil kesimpulan sendiri tentang siapakah lelaki itu. Boleh memetik pembelajaran apa yang dapat diambil untuk bekal diri sendiri menghadapi mati.
Persoalan, Perselingkuhan
Satu hal yang pasti Freddy Budiman, bersama tiga terpidana lain, telah mengetahui kapan ajal menjemput. Dan mereka pasti betul-betul telah siap. Lepas dari proses hukum yang mungkin masih menyisakan persoalan di sana, akhir hayat si terhukum telah dipersiapkan dengan baik. Ucapan terakhir seorang muslim sebelum menghembuskan nafas terakahir, yaitu kalimat tauhid ‘la illaha ilallah’ pasti telah diucapkan oleh Freddy Budiman.
Persoalannya apakah setelah ucapan itu -dalam proses meregang nyawa atau sakaratul maut ia tidak mengucapkan kata-kata lain yang mengingkari keesaan Allah- tidak ada media yang memberitakannya. Media hanya menambahkan setelah tembakan di arahkan ke tubuh Freddy Budiman masih perlu waktu beberapa menit sebelum kematian betul-betul menjemput. Â
Penutup
Sekali lagi pembelajaran apa yang dapat kita petik dari proses kematian seorang Freddy Budiman kiranya tiap orang dapat mengambilnya sendiri. Sisi positif atau sisi negatif. Wajah asli atau sekadar topeng. Jangan tiru perilakunya sebagai bandar narkoba. Jangan tiru kelicikannya membujuk oknum petugas. Jangan tiru gaya perselingkuhannya dengan beberapa perempuan cantik.
Demikianlah, tiap orang boleh berpendapat berbeda. Boleh memberi nasehat yang berbeda, terlebih pada diri sendiri. Namun soal kepan ajal menjemput pasti semua sepakat ‘siapa yang tahu kapan dan dimana’, karena harus ditersiapkan dengan sungguh-sungguh sepanjang waktu. . . . Itu saja nasehat saya kepada diri sendiri. Wassalam.***