Â
Metropolitan, Persoalan Â
Maksud hati hendak mewacanakan kotaku sebagai metropolitan, apa daya masih banyak persoalan yang mengganjal. Beberapa persoalan lama yang belum atau bahkan tidak parnah tuntas di selesaikan.
Â
Persoalan lalu-lintas macet, sarana transportasi tidak memadai, jumlah angkot yang tidak berkurang dan ngetem sembarangan; lalu pedagang kaki-lima merajalela, pasar tradisional semrawut, jalan raya yang dijadikan pasar, sarana pembuangan sampah minim. Ditambah lagi serbuan anak-jalanan - pengemis dan pedagang asongan di lampu trafik mengganggu, jumlah penduduk yang makin padat, banjir/genangan pada semua jalan saat hujan, dan banyaknya ‘polisi tidur’ meski di jalan umum (bukan jalan kompleks perumahan atau jalan kampung). Dan entah apa lagi, makin panjang saja daftar persoalannya.
Â
Namun hal-hal seperti itu sudah dianggap sebagai sebuah kelaziman, lumrah, dan sangat menusiawi. Sebuah kota besar, ibukota provinsi, mestilah sedemikian itu: jangan coba-coba mengusiknya sebagai sebuah kekurangan atau keburukan! Namun apakah pak Walikota yang konon akan segera diorbitkan ke tingkat provinsi sebagai gubernur, atau bahkan ke tingkat nasional sebagai presiden, akan membawa beberapa ketidakmampuan dalam menangani persoalan itu?
Â
Membandingkan, Pindah
Di kota lain –tepatnya di kawasan pesisir timur- ada walikota yang punya kemampuan mengubah wajah kota sekaligus membenahi manajemen pemerintahan dengan begitu rapinya. Kebetulan walikota itu seorang perempuan, dan bakal menjabat untuk kedua kalinya.
Â