[caption caption="lelaki tua dan cucunya"][/caption]
Â
Assalamu’alaikum, Sobatku Mas Gik
Bagaimana kabarmu sekarang, Mas? Ah hai, semoga kamu sehat jasmani dan rohani, sehat pula secara sosial dan ekonomi. Jauhkan dirimu dari stress dan apalagi galau dan patah hati.
Â
Hari ini rupiah menguat tapi terjangan asap makin pekat. Kusarankan kamu  jangan membuat asap,  jangan pula membuat sekedar api untuk apapun. Apalagi api kemarahan, api asmara, atau malah api-api ora ngerti (bahasa Jawa: pura-pura tidak tahu).
Â
Oya, kamu masih ingat aku ‘kan? Aku takut kamu melupakanku. Kalau hari ini suhu tubuhmu masih meninggi, maka carilah cara tercepat untuk segera memadamkannya. Sebab jika tidak, aku was-was derajat kewarasanmu akan menurun drastis. Dan bila itu terjadi aku tidak tahu lagi bagian mana dari dirimu yang masih pantas untuk dipertahankan.
Â
Mas Gik yang baik,
Mudah-mudahan kamu masih ingat aku. Ini kembaranmu, seseorang yang sangat tahu dan mau tahu apa dan bagaimana dirimu. Kembaran yang dalam kepercayaan Jawa di sebut sedulur papat lima pancer, kakang kawah adi ari-ari. Seperti Dewa Ruci bagi Bimasena dalam dunia pewayangan.