Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kalender Merah, Demo, Berlibur: Hari Buruh Jum’at Besok

30 April 2015   11:27 Diperbarui: 30 April 2017   08:01 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14304011612111488987

[caption id="attachment_413972" align="aligncenter" width="663" caption="Demo Buruh - Sumber Gambar metro.news.viva.co.id"][/caption]

Besok hari Jumat, dan semua kita maklum. Ingat betul, atau harus melihat kalender untuk ingat ada sesuatu yang istimewa besok. Ya, apalagi keistimewaannya selain angka satu pada bulan baru bernama Mei berwarna merah darah. Dan itu tanda bahwa besok hari libur. Ini berdasarkan Perpres yang dikeluarkan Presiden SBY tahun 2013.

Kalender Merah

Kenapa tanggal 1 Mei besok harus diliburkan. Ya, karena hari itu merupakan peringatan hari buruh Internasional. Dan bersamaan dengan itu maka semua buruh, setidaknya yang aktif ingin memperjuangkan hak-hak buruh, akan turun ke jalan: berdemo, longmarch, menutup jalan raya hingga jalan tol, dan entah apalagi. Itu biasanya yang terjadi. Intinya mereka memperjuangkan perbaikan nasib dan kesejahteraan buruh. Dan itu sah-sah saja selama tidak mengganggu aktivitas dan rutinitas warga lain. Namun alangkah sulit!

Sebab demo buruh berarti jalanan macet, tertutup, terganggu, dan entah sebutan lain apa yang lebih cocok. Dengan keadaan itu jika kita tidak cukup maklum, tidak sadar diri, tidak mau sedikit mengalah, dan tidak memilih jalur lain yang lebih leluasa, maka akan berabe. Akan muncul dampak ikutan: muncul stress, emosi marah, tidak sabar, dan perasaan jengkel atau putus-asa karenanya.

Di tengah situasi demo hamper selalu muncul hal-hal lain yang tak terduga: pencopetm kehilangan, penjarahan, pingsan, adu urat leher, adu jotos, kecelakaan lalu-lintas, bentrok dengan aparat, dan banyak lagi. Itulah salah satu sebab  demo peringatan Hari Buruh pada dua tahun terakhir ini diliburkan.

Demo

Demo diawali dengan aktivitas rutin, yaitu sejumlah pengurus organisasi buruh mendatangi pabrik-pabrik agar semua karyawan pabrik bisa ikut demo. Tidak peduli pabrik sedang berproduksi, tidak peduli mereka enggan ikut demo, dan tidak peduli yang lain. Selain itu, untuk persiapan logistic selama demo –terlebih jika harus pergi ke luar kota- maka tiap pabrik diminta partisipasi bantuan dana.

Maka berita rutin yang diturunkan media cetak tentu diantaranya tentang jumlah kerugian yang dialami oleh pabrik A, atau pabrik B. Itu dulu, tapi mungkin sekarang pun belum berubah.

Lalu keadaan lain di lapangan: berbaris dari satu tempat ke tempat lain atau naik mtoro beramai-ramai, berseragam, membawa spanduk-baliho-umbul-umbul atau kantor bertulisan, ada nyanyi-menyanyi, meneriakkan yel-yel,  ada beberapa orang yang berorasi dengan speaker bersuara lantang dan menggelegar di atas mobil bak terbuka yang sedang berjalan atau parkir di depan kator dewan perwakilan rakyat, di depan Kantor Bupati/Walikota/Gubernur dan atau kantor DPR/DPRD.

Hal-hal idak menyenangkan bahkan buruk pun rutin terjadi. Media massa sekali lagi menangguk keuntungan dengan mendapatkan liputan berita yang panas. Lepas dari persoalan, apakah tuntutan buruh disetujui, diberi janji, atau sebaliknya diabaikan.

Berlibur

Libur 1 Mei 2015 bagi mereka yang bukan buruh tentu membawa kebahagiaan tersendiri. Para pegawai lebih-lebih, libur menjadi dambaan. Sebab itu berarti dapat membelanjakan gaji dan pendapatan lain diluar gaji dengan keluarga, dengan sanak-saudara, dan bahkan dengan kelompoknya.

Khusus untuk Jumat besok, menjadi long-week-end, dan itu berarti waktu untuk bersantai, berwisata, beranjang-sana, dan atau menyalurkan hobi makin panjang saja. Pasti sudah jauh hari ada yang merencanakan touring dengan kendaraan roda dua atau roda empat, memancing di laut-waduk-sungai atau kolam pemancingan, berolahraga gunung atau olahraga lain di luar kota, wisata kuliner-wissssta belanja-wisata ziarah, pulang kampung menengok orangtua dan sanak saudara,  dan banyak lagi.

Bagi pengusaha, akan senang-senang saja, terlebih yang terkait dengan usaha wisata. Hotel, restoran, kerajinan, kuliner, transportasi, sandang kreatif, dan banyak lagi. Bahkan juga para pedagang kaki lima, serta usaha kecil lain.

Dan celakanya, aktivias ini pun berarti mengalihkan kemacetan lalu-lintas dari pusat-pusat pemerintahan ke jalur-jalur lain. Macet, penuh, sesak, padat, merayap, dan pans-capep-stres-emosi.

Entah bakal bertambah berapa banyak lagi hari libur di negeri ini. Sementara produktivitas kerja rendah, biaya ekonomi tinggi tak terkendali, nilai tukar rupiah melorot, sementara peredaran narkoba menjamur.

Penutup

Tulisan ini sekedar ilustrasi tentang hari libur, khususnya pada Hari Buruh besok. Tidak ada catatan buruk, mestinya kalau semua dapat menempatkan diri pada proporsi dan mentaati semua rambu hukum. Jangan Hari Buruh diisi dengan demo yang justru bakal membuat keseimbangan kehidupan dan ketenteraman/kedamaian terguncang, tidak ditemukan esensi pemecahan masalah, hanya menguntungkan satu pihak namun merugikan banyak pihak lain.

Begitu saja. Bagi yang akan berdemo hari Jumat besok, selamat berdemo. Hati-hati di jalan, jaga keselamatan, dan yang lebih penting hormati kepentingan dan aktivitas orang lain. Bagi oratornya sampaikan dengan jujur semua apirasi, jangan memprovokasi dan mengadu-domba, dan waspada kemungkinan disusupi kepentingan lain untuk merusak sendi berbangsa-bernegara. Dan bagi yang lain yang punya rencana sendiri, selamat berlibur.

Semoga semua tetap sehat, selamat, aman dan tetap bahagia. Wassalam.

Bandung, 30 April 2015

-

Simak juga tulisan sebelumnya :

1.http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2015/03/07/sebutir-peluru-beralamat-lengkap-untukku-puisi-728442.html

2.http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2015/04/28/dan-waktu-tinggal-dekat-lagi-puisi-741382.html

3.http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2015/04/27/guncang-itu-semakin-kencang-puisi-741148.html

4.http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2015/04/25/tulislah-puisimu-kawanku-740778.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun