Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku, Ikan, dan Menunggu

15 Desember 2014   06:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:18 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1418573971838160717

Aku nakhoda dan kamu lumba-lumba yang beriringan memutus samudera, di bukit ombak memancang hingga puncak tiang kapal, langit mengirim sekumpulan camar terbang rendah lalu mencumbu buih, di ufuk gugus pulau menunggu, dan aku terpaku menyulap harap kehadiranmu

Aku pengail tua dan kamu mujair kurus berputus-asa di sela bebatuan pabila air sungai meluap di ujung penghujan merampok cuaca, siapa yang harus jatuh kasihan meski kita saling berkeluh, pancingku bahkan tak berumpan dan aku telah terduduk di balik rumpun bambu menunggu sejak setahun lalu, jangan sangka aku tak sudi menyambut kehadiranmu

Aku lelaki murung terkurung dinding dan kesendirian dan kamu koi merah tak henti meliuk dan melonjak diantara koi lain dalam kolam besar yang terus meruapkan gelembung angin di sela air yang mulai keruh, aku menunggu ingin merengkuhmu untuk berbalas kisah, namun tak kutahu bagaimana kamu dapat seketika mengubah wajah jadi perempuan lincah

Aku tak tahu siapa diriku kini setelah semua angan menjelajah, dan kamu selalu mengikuti kemana ekor mataku menyelinap, bahkan bila senyumku tercecer dalam gemetar langkah mengitari dunia kecilku, rumah-akuarium-taman-perpustakaan-kolam ikan dan kebun buah di belakang kolam. Mestinya aku menunggu satu waktu kamu menjadi bagian dari perbincanganku dengan entah siapa yang datang dan pergi di kolam itu
Bandung, 21 Oktober 2014

Sumber gambar:
http://africantapestry-art.com/tag/koi-fish/

Puisi sebelumnya:

http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2014/11/20/menyimak-ironi-di-koran-pagi-704749.html

http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2014/11/07/tonggak-waktu-701548.html

http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2014/10/26/biarkan-pagi-menulis-puisi–698303.html

http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2014/10/19/melontar-tanya-tak-terjawab-696605.html

http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2014/10/13/merindu-rumah-tua-695093.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun