Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Atas Nama Dendam, Cerita Dibalik Rindu

23 Desember 2014   04:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:40 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


1.

menulisi dinding, dengan merah nyaris darah. Kisah sang pembalas, jerit yang terus menggerus resah. Coretan setapak, dengan beribu telapak pelarian

kutulisi sendiri dengan jemari luka, ngucur, pada pagar pada rambu kesadaran

aku terasing, malam larut, terbaring ngelangut!


2

di tangan penghukum, pesakitan, tak pernah puitis. Tak pernah cukup berani untuk tidak di tangan aparat, pesakitan, kehilangan imaji. Terus dalam sakit, dalam dera, dalam remuk, dan hari-hari segera berlalu, seperti bayang memburu cahaya! di tangan arogansi, nyawa. Hanya prasyarat kursi jabatan, sekedar tugas

tuntutan uang makan. Atau lampias bernama sistem: tuhan bagi pengabdi dunia!


3.

rambati malam menyulam salam, tapi geram penghujan tak lagi sampai

jauh sudah mengelana, begitu guntur lalu gelap. Suara desir, derap kaki laju:

dan tumbang. Sekarat menggunung kosong. mengetuk-ngetuk kabut, pada seonggok sengal. Raga ini beku, seserpih ruh, kelu! Sekejap membunuh, sepanjang hayat terbunuh!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun