Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bebek-bebek Menjarah Kota

29 Desember 2014   03:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:16 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sumber gambar : seattletimes.com

ratusan, ribuan, jutaan bebek, bersuara bising menggeram

berkeliaran memenuhi desa dan dusun dari balik bukit curam

tujuannya kota, merangsek, menyerbu dan mengganas

mereka berpacu. Tak terhalau oleh deraan hujan sangatan panas

tidak ada telur memang. Meninggalkan kandang sebelum subuh

hari ini maupun hari-hari sebelumnya, dari tempat yang jauh

berbaris-berderet, mencari makan, menguber pekerjaan

mengupas nasib yang tergencet, lewat setapak, memotong beban

kini para bebek mulai terusir dari jalan-jalan utama

jakarta setelah itu kota-kota lain mungkin, menjadi warga terlunta

mereka harus kembali ke setapak, kubangan, buangan

memutar menyiasati banjir, gelap, dan rawannya pinggiran

para bebek terus beranak-pinak, tak terbendung

keluar dari pabrik-pabrik asing, dengan iklan manis menelikung

di belakang berjejer para bandar, tengkulak, dan juga pengecer

kesejahteraan bagi mereka ibarat langit tak pernah mendung

inilah negeri para bebek, di sini bebek di sana bebek

di mana-mana bebek. Meraung garang, melaju kencang. Haus premium

terjungkal di tebing, terlindas truk, dihajar lokomotif. Siapapun maklum

bebek aneka merek, aneka bentuk, aneka kredit mencekik

dan bebek pun terus menggelinding, dari jauh tak jera

Menyemut, mengular, mewabah bagai air bah, menjarah kota

jutaan bebek, trilyunan bebek, silih berganti meresah senandung duka

nasibmu para pembebek! Nasibmu negeri pembebek!

Cibaduyut, 28 Desember 2014

Sumber gambar : seattletimes.com

-----------------

Tulisan sebelumnya:

http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2014/12/25/jodoh-untuk-rasimah-cerpen-1-712736.html

http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2014/12/26/jodoh-untuk-rasimah-cerpen-2-712817.html

http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2014/12/26/jodoh-untuk-rasimah-cerpen-3-712967.html

http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2014/12/15/pada-tikungan-terakhir-saat-gelap-dan-gerimis-710497.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun