beristirahatlah, sebagaimana burung-burung yang terbang lepas kemudian pulang dalam ringkuk sarang, lelap memeluk kedamaian
biarkan kelelahan itu berbaring bersama teriakanmu yang nyaring, memanggil-manggil cintanya yang tak pernah kering
jika aku bangunkan, mimpi indahmu akan terhenti dan aku gagal menghidupkannya kembali
nanti saat kau terbangun dan membuka mata, aku perjalananmu yang berat dan sunyi, aku mimpimu yang terlambat bangun pagi,
langkah kakimu yang sering terhenti, atau air matamu yang kubasuh dengan sejuk embun pagi
nanti saat kupanggil dalam gigil sunyi, saat kicau burung membelah pagi, langkahku sebagaimana kabut, peluklah dalam setiap desis dan siut
dan setelah hangat mencumbu hitam rambutmu, puisiku kembali hadir dengan senyum termanis dan panggilan ritmis
dan gelora tumbuh membara pada rumpun-rumpun rindu di ujung pelangi yang menghias harum bait-bait sajakku
dalam setiap tarikan dengkur, doaku polos dan jujur, kesetiaan semoga senantiasa paniang umur
Yogyakarta, 11 April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H