kau memilih terdiam, merajut kembali serpihan pelangi di tebing senja yang berkali-kali terluka
butiran embun yang mulai menggigil menggali kenangan yang tenggelam dalam tumpukan kesedihan dikepung kecemasan
kurasakan sunyi tatapmu memberat disayat air mata yang tersesat dalam persembunyian rindu di antara kepingan bulan di matamu
saat kau beranjak, aku makin sesak menguraikan sisa jejakmu dan menerjemahkan bayangmu teramat perih di ujung mimpiku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!