Puisi Sugiyanta Pancasari
terlambat
jika kita ingin bertanya pada rumput-rumput
tanah lapang sudah telanjur jadi tempat berperang, dan akar rumput pun rusak terinjak
sia-sia,
jika kepada daun-daun kita bertanya
pohon-pohon kini terbakar menyisakan jelaga dan jejak tak terbaca
kecewa,
dan sakit hati tentunya jika kau masih berharap pada tuan-tuan untuk angkat bicara
kita sedang mengumpulkan amarah demi amarah tapi jangan berharap meledakkannya adalah jawaban sempurna
jika teriak menjadi satu-satunya yang kau bisa,
barangkali akan sedikit lega menghimpun segalanya menjadi tabungan di hari tua
memang tak akan ada bedanya, mati muda atau mati tua
di negeri ini usia tak dihitung seberapa manfaat atau tidaknya
kita tengah beramai-ramai menyisihkan yang sedikit tersisa dari jejak yang terbiasa kita lupa
benar salah, sejarah sering salah kaprah menyimpulkan penuh curiga
kemudian sayup kudengar: kita di mana, kita di mana, sedangkan kesia-siaan berbaris memenuhi jalan-jalan raya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H