Mohon tunggu...
Sugiyanta Pancasari
Sugiyanta Pancasari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Cerita dan Catatan" Yang tak boleh menua, dilumat usia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terlambat

6 Agustus 2021   19:19 Diperbarui: 6 Agustus 2021   19:50 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi Sugiyanta Pancasari

terlambat
jika kita ingin bertanya pada rumput-rumput
tanah lapang sudah telanjur jadi tempat berperang, dan akar rumput pun rusak terinjak

sia-sia,
jika kepada daun-daun kita bertanya
pohon-pohon kini terbakar menyisakan jelaga dan jejak tak terbaca

kecewa,
dan sakit hati tentunya jika kau masih berharap pada tuan-tuan untuk angkat bicara
kita sedang mengumpulkan amarah demi amarah tapi jangan berharap meledakkannya adalah jawaban sempurna
jika teriak menjadi satu-satunya yang kau bisa,
barangkali akan sedikit lega menghimpun segalanya menjadi tabungan di hari tua

memang tak akan ada bedanya, mati muda atau mati tua
di negeri ini usia tak dihitung seberapa manfaat atau tidaknya

kita tengah beramai-ramai menyisihkan yang sedikit tersisa dari jejak yang terbiasa kita lupa

benar salah, sejarah sering salah kaprah menyimpulkan penuh curiga

kemudian sayup kudengar: kita di mana, kita di mana, sedangkan kesia-siaan berbaris memenuhi jalan-jalan raya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun