Puisi Sugiyanta Pancasari
berserak anak tertidur di dipan loak, juga di lantai dengan beralas tikar berbau apak
nasib seperti terinjak tak mau beranjak
dihimpit harga-harga yang terus melonjak
pandemi mengungkung kami dalam petak-petak
seperti takdir yang gagal kukuak
kalau begini bisa jadi tak bakal tertanak
kapan anak-anak jadi pintar
terima pelajaran sembari badan gemetar
perut keroncongan menahan lapar
di tengah pandemi paket kuota menumpuk tak terbayar
hidup miskin memang susah benar
belum repotnya jadi penganggur
pusing tujuh keliling badan seperti terbanting-banting
beras sedikit sedapat mungkin diulur-ulur
buat ganjal perut itu yang terpenting
sesungguhnya, apa sih yang salah di negeri ini
sumber daya alam melimpah, di laut dan di bumi
untuk memakmurkan rakyat, tak bakal habis digali
masalahnya, banyak pemimpin lupa tak mau peduli
mestinya rakyat hidup sejahtera dan makmur
tapi kalau niat baik dan nilai luhur telah hancur
di negeri sendiri kita terpaksa jadi batur*)
telanjur menangis arwah para leluhur
bertahan hidup saja susahnya setengah mati
hati terisris melihat berita di televisi
uang miliaran rupiah dikorupsi
jangan-jangan jantung kami yang digerogoti
Alamaaa....kkkkk, mati busuk kami
di pangkuan Ibu Pertiwi
*) pembantu
Jogja, 18 Januari 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI